
Petrik Matanasi adalah peneliti sejarah sejak 2007 dengan fokus pada sejarah militer Indonesia. Sejak 2007, sudah menulis ribuan artikel dan lusinan buku sejarah militer di Indonesia. Saat ini bekerja sebagai periset di CNBC Indonesia.
Profil SelengkapnyaMelihat Lagi Sejarah Panjang Konflik Antara Arab Vs Israel

Sudah jadi opini lama bahwa akar konflik Arab-Israel adalah masalah agama. Meski katanya Islam, Yahudi dan Kristen didaku sebagai agama langit (samawi) dan Tuhannya sama-sama Allah, perselisihan besar antara Islam dan Yahudi kerap timbul sejak lama. Menurut sebagian pihak, konflik itu tidak akan rampung hingga hari akhir.
Yerusalem yang merupakan kota suci bagi umat Kristen, Islam, Yahudi, dan Armenia, kini berada di tangan Israel, yang tentu saja menjadi masalah bagi umat Islam. Tentu saja pendudukan Israel atas Palestina juga memperparah konflik umat Islam sedunia dengan Israel. Biasanya orang Indonesia kerap mempersamakan Yahudi sebagai etnis dan agama dengan Israel sebagai negara.
Dulu, waktu negara Israel baru saja memproklamasikan diri sebagai negara pada Mei 1948, maka datang serangan dari armada Mesir, Yordania, Irak dan Suriah. Israel yang kala itu masih "bayi" sebagai negara. Beruntunglah Israel, karena banyak orang Yahudi yang tersebar di berbagai penjuru dunia di antaranya sudah kaya membantu dana bahkan senjata. Juga karena ada industri senjata murah bernama Sten Gun warisan Inggris. Dukungan Amerika Serikat (AS), dianggap banyak pihak sebagai alasan utama kemenangan Israel.
Tak heran jika Israel mampu mampu menunjukkan dirinya sebagai negara kuat dengan menghalau serangan bangsa-bangsa Arab dalam Perang Arab Israel pertama itu. Perang Arab-Israel itu terjadi berjilid-jilid seperti Perang Enam Hari (1967) dan Yom Kippur (1973). Sebagai negara Israel makin hari makin maju perekonomian dan militernya. Hingga Israel kamin sulit dikalahkan lagi oleh bangsa Arab.
Kuatnya Israel membuat frustrasi sebagian kelompok yang menempuh jalan bernama terorisme. Setidaknya ada aksi anti Israel di era 1970-an. Pembantaian 11 atlet Israel di Munich Jerman pada 5-6 September 1972 oleh kelompok Black September. Pemerintah Israel tidak diam, aksi pembalasan bernama Operasi Murka Tuhan dilaksanakan dengan mengirim agen Mossad untuk membunuhi lawan politiknya.
Pembajakan pesawat Air France yang membawa orang-orang Yahudi dari Tel Aviv-Paris pada Juni 1976, yang mana pesawat itu dibawa ke negaranya Idi Amin, Uganda. Israel menyikapi pembajakan itu dengan mengirim pasukan yang dipimpin kakak dari mantan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu dalam rangka operasi pembebasan.
Betapa Israel akan berlaku keras kepada siapa saja yang mengganggu keamanan negara Israel. Sebelum merdeka, sebagian pengikut gerakan nasionalis Yahudi internasional yang menghasilkan negara Israel di wilayah Palestina (Zionisme), meyakini orang-orang Arab tak menyenangi mereka dan mereka tak akan aman dari gangguan orang Arab. Itu setidaknya diyakini sebelum negara Israel berdiri sebelum 1948.
Sebagai negara kecil, Israel tentu merasa bangsa Arab sebagai ancaman. Para petinggi Israel tentu meyakini bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang. Jadi sebelum negara-negara Arab yang sudah mapan menyerang, setidaknya kawasan terdekat ditaklukkan. Seperti Palestina dan Lebanon. Terorisme tentu saja potensial menjadi dalih Israel dalam melancarkan operasi militernya.
Lebanon diinvasi dengan dalih adanya usaha pembunuhan duta besar Israel Shlomo Argov oleh Organisasi Abu Nidal. Palestina terus jadi bulan-bulanan Israel, dengan menjadikan Hamas sebagai biang keroknya. Dengan dalih-dalih terorisme itu akhirnya wilayah Israel bertambah luas. Semakin luas daerah pendudukannya, Israel mampu bertahan jika ada serangan dari negara-negara Arab kelak.
Israel tidak hanya memperkuat diri di bidang ekonomi dan militer. Diplomasi Israel kepada negara-negara Islam pun dilakoni. Negara Islam macam Turki, Mesir bahkan Arab Saudi bahkan terlihat memusuhi Israel. Indonesia tentu negara potensial yang ingin didekati Israel di Asia Tenggara. Namun, Indonesia tidak mau menjalin hubungan diplomatik dengan Israel karena solidaritas umat Islam Indonesia kepada Palestina yang diduduki Israel.
(pmt/pmt)