Stefanus Utomo
Stefanus Utomo

Stefanus Adi Utomo saat ini menjabat sebagai Chief Marketing Officer (CMO) Moduit, sebuah perusahaan wealth management berbasis teknologi (Wealth Tech). Pria kelahiran Jakarta ini menyelesaikan gelar sarjana akuntansi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya pada 2003. Sebelum berkecimpung di dunia start-up, ia berkecimpung sebagai Auditor di Deloitte, dan berkarir di beberapa bank Asing, seperti HSBC, Commonwealth Bank, dan Citibank sebagai Sales Leader dan juga sebagai Master Trainer. Selain itu, dirinya juga menempuh pelatihan hingga kemudian mendapatkan beberapa sertifikat, antara lain ialah Certified Professional Coach dan Certified Financial Planner (CFP). Pengalamannya sebagai bankir dan praktisi keuangan yang digelutinya selama lebih dari 15 tahun membawanya turut aktif diundang dan menjadi pembicara terkait dengan literasi keuangan dan literasi investasi di beberapa acara seminar, webinar, serta diskusi media sosial. Stefanus juga sering ambil bagian dalam wawancara dan mengisi kolom opini di berbagai media nasional. Penulis dapat dihubungi di [email protected]

Profil Selengkapnya

Tantangan Pendanaan Pada Perkembangan Startup

Opini - Stefanus Utomo, CNBC Indonesia
21 December 2021 15:17
Infografis: Ini Perusahaan Startup Paling Bernilai di Dunia, Ada GoTo Ilustrasi

Seperti pola hidup manusia, membangun perusahaan rintisan (startup), tidak hanya sekadar tumbuh. Dalam menjalankannya, startup memiliki banyak fase seperti siklus biologis manusia. Di mana untuk membesarkannya, startup harus melalui pengembangan dan penelitian untuk terus menemukan pasar maupun mengembangkan produknya.

Setidaknya itu yang terjadi di dunia startup. Sebagai contoh, sejak Alibaba Group, perusahaan marketplace asal Tiongkok didirikan pada 1999 oleh Jack Ma bersama 17 sohibnya, nasib awal perusahaannya tidak langsung bersinar. Baru, pasca disuntik dana modal ventura sebesar USD 5 juta dari konsorsium investor, Alibaba mulai meroket, dan kini merajai bisnis e-commerce dunia.

Di tingkat nasional, Gojek, sebuah startup ride sharing, yang dirintis pada 2011 juga tidak langsung berjalan mulus. Butuh waktu bagi mereka masuk dalam pasar selama 4 tahun. Pada 2015, setelah naik turun berusaha, mereka mendapatkan pendanaan awal sebesar USD 2 juta dari Openspace Ventures dan Capikris Foundation. Dan kini, mereka menjadi salah satu startup yang berstatus decacorn.

Dua kasus di atas membuktikan penelitian dari James Okrah dan Alexander Nepp Ural dari Federal University (GSEM), Yekaterinburg, Rusia pada 2018 dalam artikel yang berjudul Factors Affecting Startup Innovation and Growth tentang peran pendanaan bagi startup. Dalam studinya, mereka berpendapat bahwa kehadiran modal ventura sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan perusahaan yang lebih cepat.

Secara teknis, pendanaan memberi pengaruh yang lebih besar pada inovasi. Meskipun, dalam mengembangkan inovasi juga diperlukan peluang keterbukaan pasar, demografi, kebijakan pemerintah, namun dalam konteks pembiayaan, pendanaan ialah pilar yang kuat di mana inovasi dapat diakselerasi agar dapat berkembang dengan pesat.

Atas dasar itu riset tersebut, pendanaan telah diidentifikasi memiliki korelasi yang kuat untuk memunculkan inovasi dan meningkatkan keberhasilan sebagian besar startup. Dengan pendanaan, manajemen perusahaan akan melakukan inovasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Pendanaan pun membuka ruang untuk melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan investor yang memiliki jaringan kuat.

Pendanaan juga dapat mengubah siklus perkembangan startup. Dengan kehadiran investor yang tepat dan sesuai, dapat menjadi peluang besar bagi startup untuk memaksimalkan keberlanjutan bisnisnya, termasuk pada aspek ekspansi pasar, memperkuat sumber daya manusia, memperluas jaringan, hingga merancang target jangka panjang. Kolaborasi ini memungkinkan startup dapat terdorong untuk melangkah ke arena pasar yang lebih besar.

Sekedar memberikan gambaran. Dari sisi kami, yang baru saja mendapatkan pendanaan senilai USD 4,5 juta dalam putaran pra-seri A yang dipimpin Reciprocus Moduit Holding (RMH) Singapura, dan beberapa investor lain, seperti PT Alto Network, anak perusahaan Grup Djarum, secara tidak langsung mengakselerasi pengembangan platform kami antara lain dengan melengkapi jenis pilihan produk investasi dan meningkatkan kapabilitas fitur Robo-Advisor yang sudah ada sebelumnya.

Dengan demikian dampak pendanaan dalam konteks ini bisa membuat startup meningkat performanya dari sisi internal dan eksternal. Namun, bagi startup, ada tantangan besar terkait dengan meyakinkan investor dalam mendapatkan pendanaan. Apalagi jika sedang berjuang untuk memperoleh pendanaan dalam situasi pandemi saat ini di mana investor cenderung wait and see terlebih dahulu. Belum lagi, jumlah startup dunia sudah mencapai ratusan ribu, sehingga persaingan mendapatkan investasi makin runcing.

Berdasarkan data Startup Ranking pada 2019, Indonesia menempati jumlah dengan startup terbanyak, yakni 2,1 ribu startup, dengan total 8 unicorn. Dari sisi ini, tentu semakin banyak jumlahnya, persaingan memperoleh investasi makin berat. Tapi, di sisi lain, ada peluang besar, jumlah startup yang banyak itu dilirik investor. Riset Scale Public Relations 2021 menunjukkan terdapat 104 startup Indonesia yang memperoleh pendanaan sepanjang enam bulan pertama di 2021 atau naik 40,5% dibandingkan periode yang sama pada 2020 dengan total pendanaan mendekati USD 3,8 miliar.

Berdasarkan angka itu, Asia juga disebut menjadi wilayah dengan penerimaan pendanaan yang besar dalam angka investasi startup. Hal ini tentunya memberikan optimisme bagi para pelaku startup di Indonesia di mana angka valuasi startup di negara ini juga sangat tinggi dengan hadirnya beberapa startup berstatus decacorn. Ketertarikan investor dunia dan nasional juga membesar pada startup Indonesia karena perkembangan yang baik di sisi inovasi.

Tiga industri utama yang mendominasi kucuran dana startup memang masih didominasi oleh fintech, logistik, dan e-commerce. Ini karena, ketiga sektor tersebut kompatibel dengan pertumbuhan pengguna serta perkembangan teknologi dan internet yang berkembang di Indonesia, sehingga investor tertarik untuk berinvestasi ke sektor tersebut yang dinilai memiliki masa depan yang cerah.

Animo yang tinggi dari para investor atau venture capitalist untuk memarkirkan atau membelanjakan investasinya juga diprediksi akan meningkat di tengah perkembangan startup dan infrastruktur pendukungnya di Indonesia. Merebaknya modal ini juga kemudian memberikan tantangan tersendiri bagi perkembangan internal startup. Jangan sampai, peluang besar ini, malah kemudian tidak dimanfaatkan dengan baik.

Sebab, pengelolaan pendanaan menjadi isu krusial dari keberhasilan startup menuju level selanjutnya. Pendanaan pun bisa menjadi pedang bermata dua. Jika dilirik investor dan salah strategi dalam mengelola dana, bukan tak mungkin, startup bisa tinggal nama. Namun sebaliknya, jika dimanfaatkan dengan baik, startup bisa mencapai valuasi yang tinggi serta membantu kehidupan ke arah yang lebih baik

(dru)
Opini Terpopuler
    spinner loading
Artikel Terkait
Opinion Makers
    z
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading