Peran Industri Plastik Dalam Perjuangan Melawan Covid-19

J Ramanujalu, CNBC Indonesia
12 October 2020 15:48
J Ramanujalu
J Ramanujalu
Janardhanan Ramanujalu (JR) menjabat sebagai Vice President & Regional Head untuk SABIC Asia Selatan, Australia & Selandia Baru sejak 8 tahun lalu. Melalui jabatannya saat ini, ia memimpin wilayah Asia Selatan yang terdiri dari Sub-kontinen India, negara-n.. Selengkapnya
Tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri (APD) mengambil sampel darah dengan metode swab test di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (30/9/2020). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Untuk memutus rantai penularan Covid-19, Genomik Solidaritas Indonesia (GSI Lab) membuka laboratorium tes PCR berstandar Biosafety Level (BSL) 2+. 

Laboraturium GSI Lab dirancang untuk memberikan pelayanan tes PCR yang tidak hanya bersekala masif, namun jugamemberikan hasil tes yabg cepat sehinggal hasil tes dapat diakses pada hari yang sama atau setidaknya H+1 (setelah tes).  

Untuk pasien drive thru sehari bisa 500 orang sedangkan SCR 5000 sempel perharinya.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Tes Swab Covid-19 (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Saat ini, hampir seluruh negara di dunia sedang berada di bawah tekanan, di mana mereka harus mengatasi gelombang kedua COVID-19 sekaligus memastikan ketersediaan peralatan medis terpenuhi.

Peralatan medis seperti alat pelindung diri (PPE), kacamata pelindung, alat pelindung wajah (face shield), masker, sanitizer, dan ventilator merupakan alat-alat yang sangat dibutuhkan oleh para tim medis maupun masyarakat umum untuk melindungi diri mereka dari risiko COVID- 19 dan penyakit menular lainnya. Oleh sebab itu, beberapa bulan lalu, WHO telah meminta para pelaku bisnis dan pemerintah untuk menambah produksi PPE sebesar 40% untuk memenuhi peningkatan permintaan dari seluruh dunia.

Meningkatnya kebutuhan plastik untuk mengurangi risiko penularan di lingkungan medis

Plastik telah membuat alat-alat kesehatan menjadi lebih maju dan modern. Alat-alat kesehatan, seperti alat kesehatan sekali pakai dan peralatan lainnya sangat perlu ditingkatkan kualitasnya, baik dari segi desain produk, keamanan, dan kebersihannya.

Dengan karakter plastik yang cukup fleksibel untuk dibuat menjadi berbagai bentuk, warna, dan produk, membuat plastik menjadi bahan material yang pas untuk pembuatan alat kesehatan. Selain itu, tipe plastik tertentu juga memiliki material yang tahan terhadap bahan kimia dan aman untuk digunakan. Bahan plastik ini tahan terhadap berbagai macam metode sterilisasi, dan mampu melindungi petugas medis dari kontaminasi silang.

Di Indonesia, dengan kembali aktifnya kegiatan ekonomi dan semakin bertambahnya kasus Covid-19 setiap harinya, pemerintah selalu menghimbau masyarakat untuk mengikuti protocol kesehatan. Hal ini disebabkan, ancaman COVID-19 tetap ada dan dapat membuat pusat layanan kesehatan di Indonesia dan seluruh dunia kewalahan dan kelebihan kapasitas. Dengan demikian, lembaga-lembaga kesehatan berlomba-lomba untuk mengantisipasi skenario tersebut, sehingga membuat produksi alat-alat kesehatan menjadi meningkat.

Masker wajah, sarung tangan, kacamata pelindung, ventilator, dan alat tes (test kit) adalah peralatan penting yang diperlukan untuk mengurangi risiko infeksi sehingga produk ini harus didesain untuk memberikan perlindungan tertinggi. Perusahaan kimia menjadi yang utama dan terus berperan penting dengan memasok bahan material untuk membuat peralatan medis tersebut.

Bahan material yang digunakan di dalam test kit COVID-19 memiliki karakteristik bahan kimia yang kuat dan tahan benturan sehingga dapat melindungi para petugas medis. Begitu juga dengan thermoplastic yang digunakan pada pelindung luar ventilator, sehingga ventilator dapat terlindungi dari korosi yang disebabkan oleh penggunaan disinfektan yang sangat sering di dalam rumah sakit serta tahan api.

Semenjak kita menjalankan kebiasaan baru, di mana sebagian masyarakat sudah kembali aktif menggunakan fasilitas publik, penggunaan alat pelindung diri semakin dibutuhkan. Hal ini sesuai
dengan arahan pemerintah kepada masyarakat agar selalu menggunakan masker maupun alat pelindung wajah dan mengikuti protokol kesehatan setiap kali melakukan aktivitas di luar rumah.

Selain itu, pelaku bisnis transportasi online pun juga turut berpartisipasi untuk mencegah penularan virus dan menjaga kesehatan pengemudi dan penumpang mereka dengan memasang pembatas berbahan dasar plastik di setiap mobil pengemudi mereka.

Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan alat pelindung diri, saat ini plastik juga dibutuhkan untuk keperluan pengemasan makanan agar makanan dapat disimpan dengan aman, bersih, dan lebih tahan lama. Perubahan tren ini berdampak pada seluruh segi kehidupan personal maupun publik, oleh karena itu, industri plastik akan terus memiliki peran penting di masa depan.

Menemukan cara inovatif untuk mendaur ulang plastik menjadi sangat penting

Meskipun kesehatan dan keamanan tetap merupakan hal paling penting, namun kita tetap perlu memperhatikan dampak dari penggunaan plastik yang meningkat ini. Oleh karena itu, kita harus mengetahui pentingnya lingkungan yang berkelanjutan, membangun ekonomi yang ramah lingkungan, serta peran dari semua individu untuk dapat mendaur ulang plastik dan material lainnya.

Sebagai contoh, Polimer bersetifikat ramah lingkungan dari SABIC telah membantu menciptakan sebuah rantai baru. Kami bekerja sama dengan para pemasok kami dari hulu ke hilir untuk mendaur ulang sampah plastik campuran kembali menjadi polimer asli, yang kemudian digunakan untuk pengemasan.

Kami juga memiliki polimer terbarukan bersertifikasi yang merupakan generasi kedua. Sebuah polimer murni berkualitas tinggi yang terbuat dari bahan baku berbasis biologis seperti limbah dari proses pembuatan pulp kayu. Seperti polimer kami yang bersertifikasi ramah lingkungan, polimer ini juga merupakan sebuah solusi yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kemasan makanan, dengan mematuhi peraturan ketahanan pangan.

Untuk melakukan proses daur ulang plastik - di mana limbah plastik dikumpulkan, didaur ulang, dan digunakan untuk membuat produk baru - konsumen, pengecer, pendaur ulang, dan produsen harus bekerja sama sehingga dapat menghasilkan bahan baku baru yang dapat dijadikan sebuah produk baru. Proses ini membutuhkan perubahan total dari rantai nilai, yang mana akan dapat kami capai melalui kerjasama dengan para pemasok dan pelanggan kami.

Memerangi virus membutuhkan kolaborasi dan praktik berkelanjutan

Meskipun kebutuhan akan alat-alat perlindungan diri untuk publik dan tenaga medis dapat terpenuhi, namun sangat penting untuk diingat bahwa setiap organisasi atau lembaga juga memiliki tanggung jawab dalam penggunaan plastik ini.

Sebagai pemimpin dalam penyediaan bahan baku dan teknologi, SABIC secara proaktif berkolaborasi dengan para pelanggan di seluruh dunia yang memiliki pemikiran yang sama untuk mengutamakan inovasi dan pengembangan solusi berkelanjutan untuk berbagai aplikasi pengemasan guna mempercepat ekonomi yang ramah lingkungan pada industri plastik. Pelaku
bisnis, pemerintah dan masyarakat harus kerja bersama untuk menjalankan dan mengembangkan solusi berkelanjutan yang holistik sehingga dapat memberikan dampak yang positif dalam jangka panjang.

Setelah era COVID, kita harus bersiap untuk menjawab gagasan bahwa plastik berperan penting dalam membantu menyelamatkan masyarakat, sementara di saat bersamaan tetap harus dipikirkan juga cara untuk memperpanjang masa kegunaan plastik - menggunakan kembali untuk keperluan lain, mendaur ulang, dan mengurangi sampah plastik - sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Bagaimanapun, lingkungan yang keberlanjutan harus ditanamkan di setiap pengelolaan bisnis sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh generasi saat ini maupun generasi yang akan datang.


(dru)

Tags
Recommendation