Natal Kembali Dirayakan di Bethlehem, Doa Damai Menggema

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
Kamis, 25/12/2025 13:45 WIB
Foto: Warga Palestina melihat pohon Natal di Lapangan Manger di luar Gereja Kelahiran Yesus, Betlehem, Tepi Barat, Sabtu (6/12/2025). (REUTERS/Mussa Qawasma)

Jakarta, CNBC Indonesia — Ribuan orang berkumpul di Bethlehem pada malam Natal, Selasa (24/12/2025), menandai perayaan publik pertama sejak 2022 setelah kota itu membatalkan atau meredam perayaan selama dua tahun terakhir. Langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan atas ribuan korban tewas akibat perang Israel di Gaza.

Melansir Aljazeera, Keluarga-keluarga memadati Manger Square di kota Bethlehem, Tepi Barat yang diduduki, seiring kembalinya pohon Natal raksasa ke alun-alun utama. Pohon itu menggantikan instalasi palungan pada masa perang yang menampilkan bayi Yesus di tengah puing dan kawat berduri sebagai simbol kehancuran di Gaza.

Perayaan Natal dipimpin oleh Kardinal Pierbattista Pizzaballa, pemimpin tertinggi umat Katolik di Tanah Suci, yang tiba dari Yerusalem dalam prosesi Natal tradisional. Dalam pesannya, ia menyerukan agar Natal tahun ini menjadi "Natal yang penuh cahaya".


Sejumlah rohaniwan dan putra altar tampak bersiap menjelang misa Natal di Manger Square, tepat di luar Gereja Kelahiran, pada malam Natal 24 Desember 2025. Perayaan tersebut turut dimeriahkan oleh barisan pramuka dari berbagai kota di Tepi Barat yang berparade sambil memainkan bagpipe berhias kain tartan dan bendera Palestina.

Sejak dimulainya perang Israel di Gaza, pasukan Israel melakukan penggerebekan hampir setiap hari di wilayah Tepi Barat, dengan menangkap ribuan warga Palestina dan memperketat mobilitas antarkota. Warga Palestina menyebut peningkatan kehadiran militer, penutupan jalan, serta antrean panjang di pos pemeriksaan telah menghalangi kedatangan wisatawan dan melumpuhkan sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi Bethlehem.

Mayoritas peserta perayaan Natal tahun ini merupakan warga lokal, sementara jumlah pengunjung asing tercatat sangat terbatas. Kondisi tersebut mencerminkan masih lemahnya pemulihan aktivitas pariwisata di tengah situasi keamanan yang belum stabil.

Wali Kota Bethlehem, Maher Nicola Canawati, menyebut tingkat pengangguran di kota itu melonjak dari 14% menjadi 65% selama perang di Gaza. Memburuknya kondisi ekonomi juga mendorong sekitar 4.000 warga meninggalkan Bethlehem untuk mencari pekerjaan di tempat lain.

Kembalinya perayaan Natal berlangsung di tengah berlanjutnya penggerebekan dan operasi militer berskala besar Israel di Tepi Barat, meski gencatan senjata rapuh di Gaza mulai berlaku sejak Oktober dan berulang kali dilanggar. Operasi tersebut kerap disertai penangkapan massal, penggeledahan dan penghancuran rumah, hingga kekerasan fisik yang dalam beberapa kasus berujung kematian.

Serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina dilaporkan mencapai level tertinggi sejak Kantor Kemanusiaan PBB mulai mencatat data pada 2006. Serangan itu mencakup pembunuhan, pemukulan, serta perusakan properti yang sering terjadi dengan perlindungan militer Israel.

Sebelumnya pada Rabu, lebih dari 570 pemukim Israel memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dengan pengawalan polisi. Otoritas Palestina menilai tindakan tersebut melanggar status quo yang telah lama mengatur situs suci ketiga umat Islam tersebut.

Di sisi lain, kabinet keamanan Israel menyetujui rencana formalisasi 19 permukiman ilegal di Tepi Barat, yang dinilai pejabat Palestina sebagai upaya lanjutan perampasan tanah dan rekayasa demografi. Keputusan itu menuai kecaman dari Inggris, Kanada, Jerman, serta sejumlah negara lain yang mendesak Israel membatalkan kebijakan tersebut karena melanggar hukum internasional dan berisiko memicu ketidakstabilan kawasan.

 


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 600.000 Lebih Tiket Kereta Ludes Saat Libur Nataru