Geger Pangeran Palsu Saudi! Nyusup ke Elite Negara-Dibawa Oknum Ulama
Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang pria Lebanon ditangkap karena menyamar sebagai pangeran Arab Saudi yang berpengaruh. Ia bahkan berhasil menyusup ke kelompok elite Lebanon, termasuk tokoh bisnis terkemuka, menjanjikan dukungan politik, finansial, dan akses kepada para pengambil keputusan di Riyadh.
Pangeran Arab Saudi palsu tersebut dikenal luas sebagai "Abu Omar". Selama bertahun-tahun, ia diperkenalkan sebagai pejabat senior Arab Saudi dengan hubungan dekat dengan istana kerajaan, yang mampu membentuk lanskap politik Lebanon.
Mengutip The New Arab, Rabu (24/12/2025), sumber keamanan Lebanon mengatakan bahwa ia sebenarnya adalah Mustafa al-Hessian, warga negara Lebanon dari wilayah Akkar utara. Ia diduga bekerja sama dengan tokoh agama Sunni Lebanon terkemuka, Sheik Khaldoun Araymet.
Bagaimana Awalnya?
Menurut beberapa laporan yang diterbitkan oleh media Lebanon, penipuan yang ia lakukan dimulai sejak tahun 2015. Araymet memperkenalkan Mustafa al-Hessian sebagai "Abu Omar" pertama kali kepada para politisi sebagai "saluran tidak resmi ke otoritas senior Arab Saudi".
"Ia menggunakan bahasa yang dikalibrasi dengan cermat dan jaminan berulang bahwa instruksi akan datang pada waktu yang tepat," tulis laman itu.
"Para target diduga dijanjikan dukungan Arab Saudi untuk mengamankan kursi parlemen, kembali ke pemerintahan, atau bahkan mendapatkan jabatan perdana menteri (PM)," tambahnya.
"Penipuan khususnya berfokus pada tokoh-tokoh kaya atau mereka yang memiliki ambisi politik yang kuat, terutama dalam kancah politik Sunni Lebanon, di mana dukungan Saudi telah lama memiliki pengaruh."
Sejumlah tokoh-tokoh politik Lebanon dilaporkan tertipu. Di antaranya mantan Menteri Pariwisata Lebanon, Michel Pharaon hingga mantan Menteri Telekomunikasi dan kepala Federasi Kamar Dagang, Industri, dan Pertanian Lebanon, Mohammad Choucair.
Beberapa anggota parlemen Lebanon, juga menjadi korban, seperti Nabil Badr dan Ghassan Hasbani. Yang mencengangkan, Kepala Pasukan Lebanon Samir Geagea, juga tertipu.
"Beberapa di antaranya dikatakan telah memberikan bantuan keuangan kepada Araymet atau rekan-rekannya, karena percaya bahwa hal itu terkait dengan jaminan politik dari Riyadh," tambah laman itu lagi.
"Salah satu kasus yang dikutip melibatkan (Menteri Pariwisata) Pharaon, yang diduga memberikan tunjangan keuangan bulanan sebesar US$4.000 (Rp 67 juta) kepada Araymet, dilaporkan sebagai imbalan atas janji dukungan Arab Saudi untuk mengembalikannya ke parlemen," muat laman itu lagi.
Skema penipuan ini juga dilaporkan meluas ke lembaga-lembaga negara. Media Lebanon mengklaim putra Araymet memperoleh kontrak di pelabuhan Beirut selama periode manajemen sementara, setelah "jaminan palsu dukungan Arab Saudi untuk para pejabat pelabuhan".
Bagaimana Terungkap?
Meski begitu penipuan lama-kelamaan terungkapnya setelah kecurigaan meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Kala itu sosok "Abu Omar" berulang kali gagal muncul secara langsung, hanya berkomunikasi melalui telepon.
Terobosan dilaporkan terjadi ketika seorang korban mencoba menelepon "Abu Omar" sambil duduk di sebelah al-Hessian. Teleponnya berdering pada saat yang sama, dan membuat orang-orang semakin yakin mereka menipu.
Banyaknya laporan kemudian membuat al-Hessian ditangkap. Lalu investigasi kemudian dilakukan oleh intelijen militer Lebanon.
Menurut laporan, selama interogasi, sang pangeran palsu mengaku telah melakukan panggilan telepon atas permintaan Araymet. Ia menyamar sebagai pangeran Arab Saudi menggunakan aksen Arab Teluk dan beberapa saluran telepon, termasuk nomor Arab Saudi dan Inggris.
Pihak berwenang Arab Saudi pun dilaporkan telah memberi tahu dinas keamanan Lebanon, yang kemudian memicu penangkapan lain. Investigasi masih berlangsung, dengan referensi terhadap tersangka tambahan dan kemungkinan bukti audio dan video yang mendokumentasikan penyamaran tersebut.
Siapa Sosok Pangeran Palsu?
Peneliti politik Nidal al-Sabaa, berbicara di platform Spot Shot, mengatakan al-Hessian sebelumnya bekerja dengan intelijen Suriah. Ia menggunakan latar belakangnya untuk memperkuat ilusi pengaruh dan akses.
Kasus ini menjadi semakin sensitif di tengah klaim bahwa "Abu Omar" mungkin telah memainkan peran selama konsultasi parlemen Lebanon yang mengikat untuk menunjuk seorang perdana menteri. Beberapa anggota parlemen dilaporkan mengklaim mereka menerima "bimbingan Arab Saudi" tentang pilihan politik mereka, menimbulkan kekhawatiran bahwa instruksi asing yang dibuat-buat mungkin telah memengaruhi proses konstitusional.
(sef/sef)