Ribuan Rumah Korban Banjir Sumatra Ludes, Bos Pengembang Usul Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025 meninggalkan dampak kemanusiaan yang sangat besar. Selain lebih dari seribu orang meninggal dunia, ratusan ribu warga kehilangan tempat tinggal akibat rumah mereka rusak berat hingga hancur total.
Adapun bencana tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga menghancurkan lebih dari 147 ribu rumah, sehingga banyak keluarga kehilangan tempat berlindung. Di tengah situasi tersebut, kalangan pengembang mengusulkan skema pembiayaan khusus bagi korban bencana agar dapat kembali memiliki rumah layak huni dengan nama KPR Bencana.
KPR Bencana dirancang khusus untuk korban bencana alam yang rumahnya hilang atau hancur 100 persen. Program ini bukan ditujukan untuk renovasi, melainkan pembangunan rumah baru di kawasan yang telah ditata secara aman dan layak. Pembangunannya akan melibatkan pengembang yang berpengalaman dalam penataan permukiman.
"Pemerintah yang bayarin angsuran KPR, sehingga para korban ini juga nggak boleh dibebani untuk mencicil angsuran, apalagi di kondisi saat ini dan KPR diberikan langsung ke korban bencana," kata Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah kepada CNBC Indonesia, Jumat (19/12/2025).
Skema pembiayaan yang diusulkan, lanjutnya, serupa dengan program KPR subsidi dengan skema subsidi selisih bunga. Dengan model tersebut, beban fiskal negara dinilai bisa lebih terkontrol dibandingkan mekanisme bantuan lainnya.
"Jadi program ini membantu para korban kembali memiliki tempat tinggal yang nyaman dan aman, tapi syaratnya para korban ini ya jangan dipersulit seperti adanya penerapan SLIK karena program ini lebih efesiensi dan efektif berpotensi meringankan fiskal negara," kata Junaidi.
Dari sisi perbankan juga perlu memandang program ini sebagai kebijakan khusus karena dilahirkan dari kondisi darurat akibat bencana alam. KPR Bencana juga memiliki dampak ekonomi lanjutan bagi daerah terdampak.
"Pasti akan melibatkan tenaga kerja lokal ketika proses pembangunan rumah, sehingga mendorong perputaran ekonomi setempat mengingat bahan baku rumah didatangkan dari daerah setempat," ujar Junaidi.
Keterlibatan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sangat terbuka dalam program ini, mulai dari penyediaan material hingga jasa pendukung lainnya.
"Pembangunan rumah yang akan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi di daerah yang terkena bencana, masyarakat juga yang merasakan multiplier effect-nya," sebut Junaidi.
(hoi/hoi)