Perang Saudara Dekat Saudi, Drone Hantam Energi-Negara Gelap Total
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang saudara di negara tetangga Arab Saudi, Sudan, semakin membara setelah kelompok paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF) meluncurkan serangan pesawat tanpa awak (drone) besar-besaran di wilayah timur dan selatan negara tersebut pada Kamis. Serangan yang menargetkan infrastruktur energi strategis ini menyebabkan pemadaman listrik total di berbagai wilayah, termasuk ibu kota sementara, Port Sudan.
Sebanyak 35 drone dilaporkan menghujam kota Atbara, Al-Damer, dan Berber di Negara Bagian Sungai Nil sejak dini hari. Salah satu serangan paling fatal menghantam gardu induk pembangkit listrik Al-Muqrin di Atbara.
Pembangkit itu merupakan titik distribusi utama energi dari Bendungan Merowe-sumber pembangkit listrik tenaga air terbesar di Sudan. Insiden ini memicu kebakaran hebat dan menewaskan tiga orang di lokasi, termasuk dua petugas penyelamat yang dihantam serangan drone susulan saat mencoba memadamkan api.
Di wilayah selatan, tepatnya di kota Dilling, Kordofan, serangan serupa juga menewaskan lima orang. Total dalam tiga hari terakhir, serangan drone di kawasan tersebut telah merenggut sedikitnya 21 nyawa.
Dampak dari sabotase infrastruktur ini dirasakan langsung oleh jutaan penduduk. "Kami telah tanpa listrik sejak pukul 02.00 pagi. Kami berharap layanan segera pulih," ujar Abdel Rahim al-Amin, seorang pejabat di Port Sudan, kepada AFP.
Perusahaan Listrik Nasional Sudan mengonfirmasi. Manajemen mengatakan bahwa kerusakan pada instalasi di Atbara telah menyebabkan gangguan distribusi listrik yang meluas ke beberapa negara bagian di sepanjang Sungai Nil hingga pesisir Laut Merah.
Kekerasan terhadap fasilitas publik kian mengkhawatirkan. Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mencatat bahwa sepanjang tahun 2025 saja, serangan terhadap fasilitas kesehatan di Sudan telah menewaskan 1.600 orang.
Krisis kemanusiaan pun memburuk. Dilaporkan lebih dari 50.000 orang mengungsi dalam beberapa pekan terakhir akibat eskalasi pertempuran di Kordofan.
Di tengah situasi yang kian genting, upaya diplomatik mulai menunjukkan titik terang. Pemimpin militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, melakukan kunjungan ke Kairo, Mesir, pada Kamis untuk membahas resolusi krisis bersama Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.
Kunjungan ini dilakukan di tengah harapan baru setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan niatnya untuk mulai mengintervensi penyelesaian konflik di Sudan pasca berdiskusi dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS).
[Gambas:Video CNBC]