Internasional

Chaos! Perang Saudara Memanas, 104 Warga Tewas Digempur Drone

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 17/12/2025 22:00 WIB
Foto: Sudan (via REUTERS/Sudan Ministry Of Energy And Pet)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik bersenjata di Sudan mencapai titik didih baru setelah serangkaian serangan pesawat nirawak (drone) di wilayah Kordofan menewaskan sedikitnya 104 warga sipil. Eskalasi mematikan ini terjadi saat perang saudara brutal antara faksi militer yang bertikai memasuki tahun ketiga tanpa tanda-tanda mereda.

Serangan tersebut telah menghantam wilayah pusat Sudan sejak awal Desember hingga Jumat lalu, menyusul jatuhnya pangkalan militer utama di Babnusa ke tangan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Pertempuran sengit selama sepekan terakhir telah memaksa puluhan ribu orang mengungsi dan melumpuhkan fasilitas kesehatan yang sudah kewalahan menghadapi wabah kolera serta demam berdarah.


Laporan yang parah juga datang dari Kalogi, Kordofan Selatan, di mana sebuah taman kanak-kanak dan rumah sakit menjadi sasaran serangan yang menewaskan 89 orang, termasuk 43 anak-anak dan delapan wanita. 

"Saya menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas intensifikasi permusuhan ini dan memperingatkan bahwa menargetkan fasilitas medis merupakan pelanggaran berat hukum humaniter internasional," kata Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, dikutip Al Jazeera.

Tragedi ini juga menyasar misi perdamaian internasional. Enam penjaga perdamaian PBB asal Bangladesh dilaporkan tewas ketika drone menghantam pangkalan mereka di Kadugli pada 13 Desember. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengecam keras kejadian tersebut dan menegaskan bahwa serangan terhadap personel penjaga perdamaian dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang di bawah hukum internasional.

Kondisi kemanusiaan di Kordofan kini berada di ambang kolaps. Menteri Kesehatan Kordofan Utara, Iman Malik, melaporkan adanya 13.609 kasus kolera dan 730 infeksi demam berdarah, sementara 30% fasilitas kesehatan sudah tidak berfungsi akibat konflik. Lebih dari 40.000 orang telah melarikan diri dari wilayah tersebut, sementara ribuan warga sipil lainnya terjebak di kota-kota yang terkepung tanpa akses bantuan yang memadai.

Di sisi lain, upaya diplomasi internasional mulai kembali bergeliat. Panglima Angkatan Bersenjata Sudan (SAF), Abdel Fattah al-Burhan, telah bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, pada 15 Desember untuk menyatakan kesiapan bekerja sama dengan Presiden AS Donald Trump dalam upaya perdamaian. Mesir dan Amerika Serikat juga secara bersama-sama menolak segala upaya untuk memecah belah Sudan dan mendesak gencatan senjata yang komprehensif.

Sejak pecah pada April 2023, perang saudara di Sudan telah menewaskan lebih dari 40.000 orang menurut data PBB, meski kelompok bantuan meyakini angka aslinya jauh lebih tinggi. Dengan lebih dari 14 juta orang mengungsi, Sudan kini memegang status sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia, melampaui berbagai konflik global lainnya dalam tiga tahun terakhir.


(tps/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sekjen PBB Usulkan Pangkas Anggaran Inti