Menteri P2MI Pastikan PMI Korban Kebakaran Hong Kong Dapat Santunan
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memastikan kehadiran negara sejak hari pertama pasca kebakaran mematikan di blok apartemen Wang Fuk Court, Tai Po, Hong Kong. Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin mengungkapkan, seluruh pekerja migran Indonesia (PMI) yang terdampak telah ditangani, termasuk pemberian santunan dan pengurusan dokumen yang rusak.
Mukhtarudin mengatakan, pihaknya langsung mengirimkan pegawai ke Hong Kong sejak sehari setelah kejadian untuk melakukan pengecekan lapangan dan berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) serta otoritas setempat.
"Nah kalau soal kebakaran Hongkong ya, sejak H+1 setelah kejadian ya, kita sudah mengirim pegawai kita ke sana dari perlindungan, untuk melakukan pengecekan ke lapangan. Ada yang berangkat, kemudian koordinasi dengan KJRI, koordinasi dengan otoritas di Hong Kong, 140 orang yang terdampak itu sudah kita atasi semua," ujar Mukhtarudin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Berdasarkan data KJRI Hong Kong, terdapat 9 WNI yang meninggal dunia akibat kebakaran tersebut. Mukhtarudin menyebut, saat ini seluruh jenazah masih dalam proses identifikasi dan pemulangan diperkirakan baru bisa dilakukan setelah 18 Desember 2025.
"9 yang meninggal itu sekarang sudah berproses untuk identifikasi jenazah dan lain-lain, mungkin setelah tanggal 18 Desember baru ada pemulangan jenazah," ujarnya.
Ia mengatakan, pihak KP2MI juga telah menyalurkan santunan kepada para korban dan ahli waris. Besaran santunan dibedakan berdasarkan kondisi korban.
"Jadi masing-masing yang meninggal Rp20 juta, yang sakit Rp20 juta, yang terdampak tetapi selamat Rp10 juta," sebut dia.
Mukhtarudin menambahkan, bagi pekerja migran yang dokumennya rusak atau terbakar, KP2MI langsung bergerak membantu pengurusan bersama KJRI Hong Kong.
"Jadi KP2MI sudah melakukan bagi yang dokumennya terbakar, kita segera perbaiki, yang paspornya rusak, segera kita bantu untuk pengurusannya bersama KJRI yang ada di Hong Kong," kata Mukhtarudin.
Ia juga memastikan santunan telah diserahkan kepada para ahli waris korban meninggal, serta kepada korban yang selamat dan telah dipulangkan ke Indonesia.
"Jadi kemarin sudah diserahin ya, kepada ahli warisnya, yang meninggal 9 orang sudah kita serahkan, satu yang pulang, satu yang sehat, yang dirawat, juga sudah pulang hari ini ke Jombang, ke Tulung Agung juga. dan mereka sudah dapat santunan juga Rp20 juta dari KP2MI," jelasnya.
Terkait pemulangan jenazah, Mukhtarudin menjelaskan telah ada pembagian tugas yang jelas antara KP2MI dan Kementerian Luar Negeri melalui KJRI Hong Kong.
"Setelah tanggal 18 Desember itu kita akan baru dapat informasi. Karena info dari KJRI-nya, karena ini kan tanggung jawab memulangkan dari Hong Kong ke Indonesia itu KJRI. Pembiayaannya dan semacamnya. Kami koordinasi aja," terang dia.
"Begitu sampai Indonesia, maksudnya mungkin bandaranya di Soekarno Hatta, mungkin di Juanda, baru kami KP2MI yang akan membiayai. Jadi kami sesuai dengan pembagian tugas. Kemenlu ataupun KJRI bertanggung jawab dari Hong Kong ke Indonesia, dari Indonesia ke kampung halamannya tanggung jawab KP2MI," sambungnya.
Selain santunan, KP2MI juga akan kembali mengirimkan pejabat ke Hong Kong untuk menyerahkan bantuan langsung kepada para pekerja migran yang masih berada di sana.
"Nanti Pak Dirjen akan berangkat ke Hong Kong untuk menyerahkan bantuan ke para pekerja migran yang terdampak yang ada di Hongkong. Sekaligus juga kita mengurus dokumen-dokumennya bersama KJRI yang terbakar paspornya dan lain-lain itu," kata Mukhtarudin.
Ia menegaskan, negara hadir penuh dalam tragedi ini, baik melalui KP2MI maupun KJRI Hong Kong. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Hong Kong atas respons cepat dan perlakuan yang adil kepada seluruh korban.
"Tapi pada prinsipnya, negara sudah hadir sejak kejadian, baik KJRI maupun KP2MI sudah hadir untuk membantu warga kita yang terdampak," ucap dia.
"Dan kita juga terima kasih pada pemerintah Hong Kong yang sangat peduli, yang sangat cepat pergerakannya, dan tidak membedakan pekerjaan-pekerjaan asal dari negara manapun. Jadi dibantu untuk penginapannya, shelternya, kemudian juga diberikan subsidi, pengobatannya gratis dan lain-lain. Semuanya ada. Dan kita apresiasilah para pemerintah Hong Kong," pungkasnya.
(wur)