Internasional

China Serang Nelayan Tetangga RI, AS Buka Suara-Waspada Perang Asia

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Selasa, 16/12/2025 15:30 WIB
Foto: Salah satu dari empat Kapal Penjaga Pantai, yang menurut Taiwan milik Tiongkok dan memasuki perairan dekat pulau-pulau garis depan, berlayar di atas air, dalam tangkapan layar dari video selebaran, 11 Juli 2024. (Tangkapan Layar Video Reuters/TAIWAN COAST GUARD)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) menyatakan dukungan penuh kepada Filipina setelah kapal-kapal nelayan negara itu diserang dengan meriam air oleh penjaga pantai China di Laut China Selatan (LCS). Insiden tersebut terjadi di Escoda Shoal atau Sabina Shoal, wilayah yang masih menjadi sengketa antara Manila dan Beijing.

Wakil juru bicara utama Departemen Luar Negeri AS Tommy Pigott mengecam keras tindakan tersebut. Pigott menegaskan AS berdiri bersama Filipina menghadapi apa yang disebutnya sebagai taktik China yang semakin berbahaya dan merusak stabilitas kawasan.

"Amerika Serikat mengutuk penembakan meriam air dan pemotongan tali jangkar nelayan Filipina di dekat Sabina Shoal oleh China. Tindakan agresif ini membahayakan warga Filipina yang mencari nafkah dari perikanan," ujarnya, seperti dikutip Newsweek, Selasa (16/12/2025).


Penjaga Pantai Filipina melaporkan sedikitnya tiga nelayan terluka dan dua kapal mengalami kerusakan signifikan akibat semburan meriam air bertekanan tinggi saat mereka beroperasi secara sah di perairan tersebut pada Jumat lalu. Filipina menyebut tindakan itu sebagai bentuk eskalasi berbahaya di wilayah yang berada dalam zona ekonomi eksklusifnya.

Di sisi lain, Penjaga Pantai China menuduh kapal-kapal Filipina melakukan tindakan provokatif di dekat atol yang diklaim Beijing sebagai Xianbin Jiao. Juru bicara Penjaga Pantai China, Liu Dejun, mengatakan langkah-langkah pengendalian diambil sesuai hukum China.

"Penjaga Pantai China akan terus melakukan operasi perlindungan hak dan penegakan hukum di perairan di bawah yurisdiksi China," ujarnya. Ia juga menegaskan klaim "kedaulatan yang tak terbantahkan" atas Kepulauan Spratly dan perairan sekitarnya.

Juru bicara Penjaga Pantai Filipina, Jay Tarriela, menyebut penjaga pantai China menargetkan sekitar 20 kapal nelayan dengan meriam air, melakukan manuver pemblokiran berbahaya, hingga memotong tali jangkar kapal.

"Ini adalah eskalasi yang kurang ajar yang membahayakan kapal dan awaknya di tengah arus kuat dan gelombang tinggi," kata Tarriela. Filipina kemudian mengerahkan dua kapal respons multiperan untuk memberikan bantuan kepada para nelayan.

Ketegangan ini kembali menyoroti klaim luas China di Laut China Selatan yang berlandaskan apa yang disebut sebagai "hak historis".

Klaim tersebut telah dinyatakan tidak memiliki dasar hukum oleh Putusan Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag pada 2016, namun tetap menjadi sumber konflik dengan negara-negara Asia Tenggara, termasuk Filipina yang merupakan sekutu perjanjian pertahanan AS.

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: KKP Setop Aktivitas 3 Lokasi Pemanfaatan Laut Ilegal di Sultra