Target Ekspor 2026 Lebih Rendah dari 2025, Mendag Jelaskan Situasinya
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan, pertumbuhan ekspor RI tahun 2026 dibidik capai 9,09%. Angka ini sedikit di bawah target pertumbuhan ekspor tahun 2025 yang dipatok sebesar 7,1%.Â
Mendag Budi pun membeberkan alasan di balik turunnya target pertumbuhan ekspor 2026. Dikatakan, meski lebih rendah, target itu dipastikan tetap tetap sejalan dengan rencana besar mendorong ekonomi nasional tumbuh 8%.
Budi menjelaskan, tahun depan pemerintah menargetkan ekspor tumbuh 7,09%, sedikit di bawah target 2025 yang sebesar 7,1%.
"Kan target ekspor kita tahun depan 7,09% ya. Kita sudah membuat mapping sampai 2029, tahun depan itu 7,09%, tahun ini 7,1%. 7,1% itu mudah-mudahan tercapai ya, karena sekarang kan 6,96%. November sih mudah-mudahan naik, jadi ketutup ya," kata Budi kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (12/12/2025).
Ia menegaskan, penurunan tipis target tersebut bukan karena pelemahan, melainkan karena lonjakan basis pertumbuhan ekspor pada tahun-tahun sebelumnya.
"Nah tahun depan kan 7,09% sementara tahun ini 7,1% kenapa turun? Karena kita startnya kan sudah tinggi. Tahun lalu kan 2,7% ekspor tumbuhnya ya, realisasi ekspor tahun 2024 dari tahun 2023 itu 2,7%, setelah itu terus 2024 ke 2025 ini targetnya kan 7,1%. Artinya kan startnya lompat ya, makanya tahun depan itu 7,09%," jelasnya.
Menurut Budi, seluruh perhitungan tersebut sudah disusun untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional.
"Ini sudah kita hitung untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8%," ucap dia.
Optimisme Tetap Kuat karena Perjanjian Dagang
Meski target ekspor 2026 sedikit lebih rendah 0,1%, Kemendag tetap optimistis. Salah satu pendorongnya adalah sederet perjanjian dagang yang mulai berlaku penuh tahun depan.
"Kita optimis, kenapa? karena banyak perjanjian dagang juga sudah selesai. Tahun depan kan banyak yang sudah implementasi," kata Budi.
Pemerintah juga menyiapkan langkah konkret untuk memastikan pelaku usaha bisa langsung memanfaatkan peluang tersebut.
"Nah kemarin waktu dengan KADIN dengan GPEI ini sedang dipersiapkan untuk membuat semacam bisnis forum atau bisnis matching tapi secara online. Jadi khusus yang ingin memanfaatkan CEPA atau FTA, pokoknya perjanjian dagang ya," ungkapnya.
Ketika ditanya kenapa angka target tahun depan tidak disamakan saja dengan tahun ini, Budi menjawab, penetapan target didasarkan pada kalkulasi realistis.
"Kita sudah hitung-hitung ya, karena 7,1% itu gede loh. 7,1% dari tahun sebelumnya itu nilai capaian ekspornya hampir US$300 miliar (US$294 miliar). Nah tahun depan itu kalau 7,09% itu udah US$315 miliar," tutur dia.
Jika realisasi mencapai US$315 miliar, Indonesia akan mencatatkan ekspor tertinggi sepanjang sejarah.
"Itu kalau US$315 miliar tercapai, nanti sudah yang tertinggi selama ini," ujar Budi.
Lebih jauh, pemerintah menargetkan nilai ekspor tembus US$405 miliar pada 2029. Tahapannya telah disusun dari tahun ke tahun.
"Nah kita kejar terus sampai akhir tahun 2029 itu US$405 miliar target ekspor kita. Tapi tahun 2029 makanya kita bertahap. Tahun ini berarti US$294 miliar, tahun depan US$315 miliar," jelasnya.
Menurut Budi, fokus pemerintah kini bukan pada perubahan komoditas, melainkan perluasan pasar.
"Komoditasnya sih tidak jauh berbeda, sekarang kita fokusnya di pasarnya. Lebih pada fokus di pasarnya, bagaimana produk-produk yang sekarang mempunyai potensi ekspor itu masuknya lebih mudah lagi, lebih banyak pasarnya," pungkasnya.
[Gambas:Video CNBC]