Bencana Sumatra Jadi Pengingat RI Harus Jaga Baik-Baik SDA Negeri
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin mengingatkan bahwa rentetan bencana alam yang melanda wilayah Sumatera baru-baru ini merupakan "teguran keras" agar Indonesia menjaga kelestarian sumber daya alamnya.
Menurutnya, kerusakan lingkungan akibat pengelolaan hutan dan tambang yang serampangan menjadi faktor utama pemicu musibah yang menelan banyak korban jiwa tersebut.
Pengelolaan perkebunan sawit dan pertambangan secara ilegal, khususnya di kawasan hutan lindung, kata Sjafrie membawa konsekuensi bagi keselamatan rakyat. Peristiwa longsor dan banjir di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara dinilai sebagai bukti nyata kelalaian bangsa dalam merawat alam yang telah dianugerahkan Tuhan.
"Sebab Tuhan sudah memperingatkan kita dengan kejadian di Aceh, Sumatra Barat dan Sumatra Utara bahwa kita tidak menjaga hutan lindung. Apa yang terjadi? Terjadilah longsor, banjir dan memakan 961 jiwa bangsa Indonesia. Ini adalah siapa? Kesalahan kita," ujar Sjafrie dalam kuliah umum di Universitas Hasanuddin, dikutip Kamis (11/12/2025).
Sjafrie mengumpamakan negara yang kaya sumber daya alam namun lemah pertahanannya seperti sebuah rumah tanpa penjaga. Kondisi tersebut memungkinkan pihak luar dengan mudah keluar masuk dan menjarah harta karun di dalamnya, sehingga pertahanan negara yang kuat mutlak diperlukan untuk mendukung keberlanjutan ekonomi.
"Kalau tidak kuat tentaranya, sama dengan rumah, tidak ada yang jaga orang keluar masuk bawa harta karun dari dalam rumah. Dan ini kita tidak hendaki. Oleh karena itu, tugas kita sekarang di bidang pertahanan adalah menjaga ekonomi kita ini," tegasnya.
Dengan begitu, pihaknya mengajak para mahasiswa untuk menganut aliran realisme atau survival dalam bernegara demi mempertahankan kedaulatan ekonomi dan politik. Ia juga menyoroti praktik curang under-invoicing oleh oknum pengusaha yang tidak taat pajak sebagai salah satu bentuk gangguan ekonomi yang harus dikoreksi oleh generasi penerus.
"Kebohongan-kebohongan ini harus menjadi koreksi dari adik-adik mahasiswa sebagai penjuru masa depan. Anda boleh menyalahkan kami, tapi Anda tidak boleh salah untuk ke depan. Perbaiki. Ini penting sebagai tantangan masa depan bagi bangsa Indonesia," tandasnya.
(pgr/pgr)[Gambas:Video CNBC]