MARKET DATA

Harita Nickel Raih Penghargaan Integrated Nickel Ecosystem Leadership

Khoirul Anam,  CNBC Indonesia
10 December 2025 17:21
Road to CNBC Indonesia Awards 'Best Mining Ecosystem'
Foto: Road to CNBC Indonesia Awards 'Best Mining Ecosystem'

Jakarta, CNBC Indonesia - Road to CNBC Indonesia Awards 2025 'Best Mining Ecosystem' hadir untuk apresiasi kepada para pelaku di industri pertambangan yang mampu mengukir kisah sukses di tengah dinamika ekonomi dan situasi global.

Untuk kategori Integrated Nickel Ecosystem Leadership, Road to CNBC Awards 2025 'Best Mining Ecosystem' diberikan kepada Harita Nickel. Penghargaan ini diserahkan secara langsung oleh Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Sugeng Suparwoto kepada Komisaris Utama Harita Nickel Donald J. Hermanus.

"Mewakili Harita Nickel, saya ucapkan terima kasih kepada CNBC Indonesia yang menyematkan menyematkan penghargaan untuk kategori Integrated Nickel Ecosystem Leadership. Tentu penghargaan ini berarti bagi kami sebagai perusahaan tambang sekaligus pengolah nikel terintegrasi," ungkap dia dalam Road to CNBC Indonesia Awards 2025 'Best Mining Ecosystem', Rabu (10/12/2025).

Dia mengungkapkan implementasi terintegrasi tersebut merupakan upaya Harita Nickel dalam menjalankan bisnis yang strategis melalui kebijakan nilai tambah nikel sebagai mineral esensial.

"Penghargaan ini tidak hanya sebagai penyemangat, tetapi juga refleksi kami untuk inovasi pertambangan dan berkelanjutan, berkomitmen memberikan dampak positif bagi ekonomi, sosial, dan praktik tambang yang bertanggung jawab," tambah Donald.

Sebagai informasi pada 2015, Harita Nikel mulai membangun smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), dengan 4 lini produksi. Kemudian berlanjut pada tahun 2016, di mana perusahaan melakukan produksi perdana feronikel sebagai produk hilir dari nikel saprolit, diikuti oleh PT Halmahera Jaya Produks (HJF) pada tahun 2022, dengan 8 lini produksi.

Tak berhenti di situ, di tahun 2019, Harita Nikel melanjutkan pembangunan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Lewat teknologi ini, Harita mampu memproduksi 55 ribu ton nikel sulfat dan 6.750 ton kobalt per tahun melalui hasil Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Canggihnya, produk ini merupakan hasil dari pengolahan nikel limonit, yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).

Pada tahun 2024 perusahaan melakukan produksi perdana MHP produksi PT Obi Nickel Cobalt (ONC) sebagai proyek HPAL kedua. Sebagai informasi, pada tahun 2010, perusahaan mulai melakukan kegiatan penambangan nikel di Pulau Obi melalui Izin Usaha Pertambangan oleh PT Trimegah Bangun Persada Tbk dan pada tahun 2020, Pulau Obi menjadi proyek strategis nasional sebagai Kawasan Industri Obi.

(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berat! Begini Sistem Parameter Audit Tambang Dunia


Most Popular