Ribuan pendukung Presiden Patrice Talon berkumpul di Cotonou pada Senin untuk menggelar aksi duduk menentang upaya kudeta yang terjadi sehari sebelumnya. Massa membawa poster bertuliskan “No more coups in Benin” sambil meneriakkan kecaman terhadap pihak yang mereka sebut sebagai penyusup dan pembunuh di balik peristiwa Minggu. (REUTERS/Charles Placide Tossou)
Mengutip Reuters, Selasa (9/12/2025), pemerintah Benin menyampaikan bahwa sekelompok prajurit yang membelot berusaha menangkap Presiden Talon dan menculik dua pejabat militer senior. Kedua pejabat tersebut kemudian dibebaskan pada keesokan paginya. Pihak berwenang juga mengungkapkan bahwa jet tempur Nigeria melakukan serangan udara untuk menggagalkan usaha kudeta setelah Abuja mengerahkan pasukan udara dan darat guna membantu Benin. (REUTERS/Charles Placide Tossou)
Dalam aksi tersebut, Roland Deguenon, seorang administrator bisnis, mengatakan bahwa Benin selama ini dikenal sebagai negara stabil dan peristiwa itu membuat negeri “nyaris jatuh ke dalam kegelapan.” Ia memuji intervensi Nigeria dan solidaritas Afrika Barat, seraya menambahkan bahwa tanpa bantuan tersebut “entah di mana kita berada hari ini.” (REUTERS/Charles Placide Tossou)
Sejumlah demonstran lain menegaskan bahwa mereka turun ke jalan untuk menolak perebutan kekuasaan dengan kekerasan. Pengusaha Anique Djimadja menyebut warga bersatu “sebagai satu manusia” untuk mempertahankan capaian demokrasi yang telah diraih. (REUTERS/Charles Placide Tossou)
Sementara itu, anggota parlemen Orden Alladatin menggambarkan peristiwa itu sebagai “kudeta tersingkat” dan menilai beruntung upaya tersebut dapat segera dihentikan sebelum menimbulkan kekacauan yang lebih besar. (REUTERS/Charles Placide Tossou)