Zulhas Rakor Perdagangan Karbon dengan Menteri LH-Hashim, Ini Hasilnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menggelar rapat koordinasi terkait Sistem Registri Unit Karbon (SRUK), serta peraturan turunan Peraturan Presiden (Perpres) No.110 tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca Nasional, di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Senin (8/12/2025).
Dipimpin oleh Menko Pangan Zulkifli Hasan, rapat itu turut dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol, Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno, Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu, hingga Utusan Khusus Presiden untuk Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo.
Zulhas yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Pengarah Pencapaian NDC dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia, menjelaskan bahwa ada tiga kesimpulan yang dihasilkan dari rapat tersebut.
Pertama, terkait dengan Sistem Registri Unit Karbon (SRUK). Dia menyebut, SRUK akan dipercepat rampung pada Maret 2026.
Diketahui, SRUK merupakan sistem penyediaan dan pengelolaan data informasi terkait unit karbon pada tingkat penyelenggaraan instrumen Nilai Ekonomi Karbon (NEK). Setiap perdagangan karbon nantinya tercatat di SRUK.
Kedua, Kementerian dan Lembaga juga diminta aktif berkoordinasi, untuk menyelesaikan peraturan pelaksanaan paling lambat Juni 2026.
Ketiga, terkait dengan perdagangan bursa karbon yang masih berjalan yakni Voluntary Carbon Market (VCM) atau organisasi yang membeli kredit karbon secara sukarela ini juga diminta untuk melaporkan secara aktif kepada tim Komite Pengarah, paling lambat pada akhir Desember 2025.
Dengan adanya SRUK ini, maka menurutnya pada Juni - Juli 2026 perdagangan karbon sudah bisa memberikan nilai manfaat ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup bagi negara.
"SRUK selesai Maret (2026), peraturan selesai Maret, jadi Juni - Juli kita sudah bisa menghasilkan sesuatu. Yang paling penting kan nilai ekonomi karbon," kata Zulhas.
Meski tidak membeberkan secara rinci, menurut Zulhas perdagangan bursa karbon di Indonesia juga menarik minat yang besar dari luar negeri. Nilainya pun mencapai triliunan.
"Triliunan, kalau gak besar kan gak turun kita begini," tandasnya.
[Gambas:Video CNBC]