Marak Pakaian White Label, Pedagang Pasar Tanah Abang Tak Tahu Asalnya
Jakarta, CNBC Indonesia -Â Pakaian baju tanpa label alias white label kini banyak diperdagangkan di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Namun, para pedagang mengaku tak tahu menahu asal-usul pakaian tersebut.
Dari penelusuran CNBCÂ Indonesia di sejumlah toko yang menjual baju-baju white label di Pasar Tanah Abang, Jumat (5/12/2025), tampak baju-baju itu sebagian ada yang menggunakan label berbahasa bukan Huruf Latin, tanpa merek dan keterangan jelas produksi mana.Â
"Kalau produksinya dari PT apa, saya kurang tahu ya, karena saya di sini sebagai pekerja, cuma jual-jualin. Bos toko yang tahu, lagi nggak ada hari ini. Cuma memang kebanyakan diimpor dari China," kata penjaga toko yang saat ditemui CNBC Indonesia, dikutip Senin (8/12/2025).
Lisa pun juga tidak mengetahui pakaian yang dijual sudah memiliki sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) atau belum.
"Nggak tahu ada apa nggak SNI, cuma bos yang tahu, saya cuma bantu jual-jualin," lanjutnya.
"Pelanggan bisa pesan di sini, kemudian labelin sendiri, cuma ya pesannya grosiran. Itu tag (label) yang kecil, bisa dilepas, terus diganti sendiri," ujarnya.
Sementara pedagang lainnya, yang menjual baju anak-anak tanpa label di lokasi yang sama mengaku, produk yang dijualnya adalah barang lokal. Namun, CNBCÂ Indonesia mencoba mengecek tag yang menempel pada baju, tidak menggunakan Huruf Latin dan tidak berbahasa Indonesia sebagaimana pengakuannya.
"Di sini pakaiannya buatan lokal kok," katanya.
Ketika ditanya soal asal produksi, dia pun tidak bisa menjawab karena yang mengetahui hal tersebut merupakan pemilik toko.
"Nggak tahu dari mana produksinya, saya cuma bantu jualan di sini," terang Lani.
Makin Tak Terkendali
Sebelumnya, Menteri UMKM Maman Abdurrahman mengatakan white label adalah produk, terutama pakaian, yang diproduksi massal di luar negeri, kemudian masuk ke Indonesia dan diberi cap atau label lokal tanpa kontrol yang jelas.
"Yang memang sulit sekali diukur, dan memang sulit sekali dirapikan, atau ditertibkan, yaitu white label," kata Maman dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin 2025 di Jakarta, Senin (1/12/2025).
Ia mengaku kesulitan dalam menertibkan praktik white label yang selama ini membanjiri pasar dalam negeri. Ia menyebut praktik impor white label menjadi salah satu hambatan utama bagi UMKM nasional untuk bisa bersaing secara sehat.
Menurut dia, fenomena maraknya impor pakaian white label membuat pasar domestik semakin tidak terkendali.
"Jadi white label itu baju yang diproduksi dalam jumlah besar masuk ke Indonesia, dikasih cap stempel. Nggak tau itu udah nggak karuan itu," ujarnya.
Maman menegaskan, sehebat apa pun dukungan pembiayaan, pelatihan, dan pembukaan akses pasar yang diberikan pemerintah, UMKM tetap akan kesulitan berkembang jika kondisi pasar tidak tertata.
"Artinya, yang saya mau bilang, sebaik-baik apapun, sekuat-kuat apapun akses pembiayaan yang dibantu, di-top up oleh pemerintah, sehebat-hebat apapun pelatihan yang kita berikan kepada UMKM, sehebat-hebat apapun pembukaan marketing, rumus apapun. Saya pikir selama lapangannya belum bisa disterilisasi, nggak akan mungkin UMKM bisa survive," ucapnya.
Foto: Baju tanpa label asal impor diperdagangkan di Pasar Tanah Abang, Jumat (5/12/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)Baju tanpa label asal impor diperdagangkan di Pasar Tanah Abang, Jumat (5/12/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata) |
[Gambas:Video CNBC]
Foto: Baju tanpa label asal impor diperdagangkan di Pasar Tanah Abang, Jumat (5/12/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)