Lokasi Operasi Bulan Sabit Emas, Markas Gerbong Narkoba Dewi Astutik
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Narkotika Nasional (BNN) berhasil meringkus bandar narkoba jaringan internasional Dewi Astutik yang terlibat kasus penyelundupan dua ton sabu senilai Rp5 triliun.
Dewi Astutik alias Mami merupakan aktor intelektual yang pernah menjadi tenaga kerja wanita (TKW). Dewi Astutik, yang juga menjadi buronan Korea Selatan (Korsel) awalnya diamankan saat menuju lobi sebuah hotel di Sihanoukville. Operasi berlangsung cepat, presisi, dan tanpa menimbulkan gangguan publik.
Penangkapannya dimulai saat penyelundupan narkoba digagalkan pada Mei 2025. Sebelumnya beberapa kasus besar tahun 2024 yang terkait jaringan Golden Crescent, juga membawa penyelidikan ke dirinya.
Penangkapan ini dilakukan BNN bersama Kepolisian Kamboja, KBRI Phnom Penh, Atase Pertahanan RI, Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI serta Bea dan Cukai. Penangkapan Dewi Astutik ini dilakukan di Sihanoukville, Kamboja, melalui operasi senyap lintas negara yang dipimpin oleh Direktur Penindakan dan Pengejaran BNN, Roy Hardi Siahaan.
Merujuk rilis BNN, dikutip (3/12), operasi ini merupakan tindak lanjut langsung dari perintah Kepala BNN RI, Suyudi Ario Seto, yang sebulan sebelumnya menginstruksikan pembentukan tim khusus untuk melakukan operasi pengejaran internasional.
Suyudi menjelaskan Dewi sudah beroperasi di wilayah Golden Triangel atau Segitiga Emas sejak 2023. Menurutnya, Dewi juga berperan merekrut anggota untuk jaringan perdagangan narkotika di negara-negara Asia-Afrika. Tak hanya Segitiga Emas, Dewi juga aktif di "Golden Crescent alias Bulan Sabit Emas".
"Kurir-kurir Paryatin alias Dewi beroperasi di negara antara lain: Indonesia, Laos, Hongkong, Korea, Brasil, Ethiopia," kata Suyudi.
Apa itu Bulan Sabit Emas?
Jika "Segitiga Emas" merujuk geng narkoba di perbatasan Myanmar, Laos, dan Thailand, "Bulan Sabit Emas" merujuk geng narkoba di Asia Selatan. Mereka beroperasi di wilayah Afghanistan, Pakistan dan Iran.
Kebanyakan narkoba yang diedarkan adalah opium. Dipercaya peredaran narkoba di India juga datang dari wilayah ini.
"Kini Afghanistan telah menjadi salah satu pusat penghasil opium terpenting di dunia. Saat ini, Afghanistan merupakan produsen opium ilegal terbesar kedua setelah Myanmar," tulis Kementerian Hukum Amerika Serikat (AS) dalam situs resminya, dilihat CNBC Indonesia Sabtu (6/12/2025).
"Intervensi Rusia di Afghanistan, yang diikuti oleh perang saudara yang berkepanjangan, telah menghancurkan negara tersebut dalam banyak hal, tetapi menciptakan kondisi ideal untuk budidaya bunga opium," tambah website resmi pemerintah Paman Sam itu.
"Di Lembah Sungai Helmand, yang menghasilkan hampir 40% panen opium Afghanistan, para pemimpin perlawanan mempertahankan budidaya opium sebagai kebutuhan ekonomi setelah satu dekade perang dan berkurangnya dukungan militer dari luar untuk mujahidin."
Dengan membudidayakan bunga poppy, bahan utama opium, mereka bisa mendapatkan US$ 1.800 (Rp 29 juta) per hektar. Ini tujuh kali lebih banyak daripada hasil budidaya gandum di wilayah yang sama.
Di situs yang sama, dikabarkan juga bagaimana di tahun 1988, Afghanistan menghasilkan sekitar 800 ton opium mentah, dibandingkan dengan 130 ton yang diproduksi di Pakistan. Opium itu dikapalkan dari Iran ke Barat dalam jumlah besar meskipun pemerintah Iran berupaya memberantas perdagangan tersebut.
"Perkembangan yang mengkhawatirkan dalam perdagangan narkoba di Bulan Sabit Emas sedang berlangsung," tambahnya.
"Tampaknya, para gembong narkoba Kolombia sedang berusaha menjalin hubungan dengan para penyelundup Pakistan dan India, yang berdagang narkoba Afghanistan," tulis Kementerian Kehakiman AS lagi.
[Gambas:Video CNBC]