Kementan Pastikan Banjir Sumatra Bukan Karena Cetak Sawah
Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menegaskan bahwa banjir dan tanah longsor yang terjadi di wilayah Sumatra buka akibat dari cetak sawah.
Pasalnya, percetakan sawah biasanya dilakukan di dataran rendah dengan sumber air yang banyak. Bukan dari daerah pegunungan yang terdapat banyak perhutanan.
"Yang kita cetak di sawah itu adalah daerah yang ada airnya. Kan nggak mungkin juga kita di gunung bikin sawah nggak ada airnya. Karena memang fokusnya untuk tanaman padi jagung yang memang butuh air. Sehingga saya berdasarkan yang ada, berdasarkan data yang ada, saya sih bisa memastikan bahwa bukan karena cetak sawah," ujar Sudaryono ketika ditemui di Wisma Danantara Indonesia, Jumat (5/12/2025).
Ia menjelaskan, sepanjang tahun 2024 Kementerian Pertanian mencetak sekitar 225 ribiu hektare sawah. Adapun terbesar di Kalimantan Tengah, Kalimatan Selatan, Sumatra Selatan, dan Papua Selatan.
Sementara untuk daerah Sumatra, Sudaryono mengungkapkan 30 ribu hektare lahan pertanian terdampak. Adapun sekitar 4.500 hektare lahan sawah gagal panen.
Sudaryono menjelaskan bahwa angka terdampak tidak sepenuhnya berarti puso atau gagal panen. Banyak yang lahan masuk kategori terdampak karena akses infrastruktur seperti jembatan dan jalan rusak sehingga aktivitas pertanian terhambat.
"Terdampak kemudian diartikan puso, enggak. Nah jadi terdampak 30 ribu, dari 30 ribu itu yang betul-betul puso, artinya gagal panen yang bisa diselamatkan itu adalah 4.500," ujar Sudaryono.
Kendati jumlah puso cukup besar, Kementerian Pertanian menilai dampaknya terhadap produktivitas nasional tidak dengan signifikan. Dengan total luas lahan sawah di Indonesia mencapai 7,3 juta hektare, kerusakan tersebut dinilai masih dalam batas yang bisa ditangani.
"Apakah besar ya? Besar. Tapi dibandingkan total sawah kita yang 7.3 juta itu aja kecil," ujarnya.
(pgr/pgr)[Gambas:Video CNBC]