Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berjabat tangan setelah upacara penandatanganan perjanjian dan kontrak di Balai Agung Rakyat, Beijing, China, Kamis (4/12/2025). (REUTERS/Sarah Meyssonnier/Pool)
Kunjungan ini dilakukan di tengah upaya Eropa untuk menyeimbangkan kekhawatiran ekonomi dan keamanan dengan ketergantungannya pada ekonomi terbesar kedua di dunia dan di tengah gejolak perdagangan global. (REUTERS/Sarah Meyssonnier/Pool)
Di masa lalu, Macron berupaya menampilkan front Eropa yang kuat dalam menghadapi China, sambil berhati-hati agar tidak membuat Beijing marah. Ketersinggungan China tak jarang smenguji hubungan perdagangan, keamanan, dan diplomatik. (REUTERS/Sarah Meyssonnier/Pool)
Dengan tarif dagang Amerika Serikat (AS) yang menekan perdagangan global, China memanfaatkan peluang untuk menampilkan dirinya sebagai mitra bisnis dengan harapan dapat meredakan kekhawatiran Eropa. (LUDOVIC MARIN/Pool via REUTERS)
Sebenarnya, menjelang kunjungan para penasihat Macron sempat mengatakan bahwa ia akan mendorong penyeimbangan kembali dinamika perdagangan agar China dapat meningkatkan konsumsi domestik dan berharap "keuntungan dari inovasi dapat dibagi", sehingga Eropa mendapatkan akses ke teknologi Tirai Bambu. (LUDOVIC MARIN/Pool via REUTERS)
Perlu diketahui, China adalah mitra dagang terbesar ketujuh Prancis, membeli barang senilai sekitar US$35 miliar atau sekitar Rp582,5 Triliun setiap tahun. Sekitar 10% dari produk tersebut adalah kosmetik, dengan suku cadang pesawat dan minuman beralkohol di antara ekspor utama lainnya. (LUDOVIC MARIN/Pool via REUTERS)
Sementara itu, Prancis menerima produk China senilai sekitar US$45 miliar atau sekitar Rp748.9 Triliun, sebagian besar berupa paket bernilai rendah melalui platform daring seperti Shein, berupa pakaian, aksesori, dan gawai murah langsung dari pabrik-pabrik di Tiongkok, berkat keringanan bea cukai Uni Eropa untuk pembelian di bawah 150 euro. (REUTERS/Sarah Meyssonnier/Pool)