Internasional

China Tiba-Tiba Marah Besar ke Inggris, Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 03/12/2025 12:00 WIB
Foto: Foto Kolase Presiden China, Xi Jinping dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. (Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara China dan Inggris kembali tegang. Ini setelah Beijing menuduh Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer membuat "tuduhan tak berdasar" terhadap Tirai Bambu.

Pernyataan keras China muncul sehari setelah Starmer menyatakan akan tetap berinteraksi dengan Beijing namun "secara tegas memperingatkan bahwa China menimbulkan ancaman keamanan nasional yang nyata". Menanggapi pernyataan tersebut, Kedutaan Besar China di London mengatakan bahwa mereka "menentang keras pernyataan pihak Inggris yang secara tidak berdasar menuduh China dan mencampuri urusan internalnya".


"Pembangunan China tidak menimbulkan ancaman bagi negara mana pun. Pernyataan itu keliru," tutur perwakilan diplomatik itu Selasa, dikutip Channel News Asia (CNA), Rabu (3/12/2025).

Starmer sebenarnya menyuarakan keprihatinan Inggris termasuk mengenai pembatasan kebebasan di Hong Kong, koloninya sebelum kembali ke China tahun 1997. Kedutaan Besar China pun menyebut Hong Kong adalah "urusan internal" China.

"Inggris tidak memiliki kualifikasi atau hak untuk membuat pernyataan yang tidak berdasar atau ikut campur secara tidak tepat," tambah kedutaan.

Sebelumnya, Starmer, dalam pidatonya pada hari Senin, berjanji bahwa kebijakan negaranya terhadap China tidak akan lagi mengalami perubahan "panas dan dingin". Ia menyerukan pendekatan yang "serius", menggambarkan kegagalan untuk menjalin hubungan dengan China sebagai "pelalaian tugas".

"Suatu negara bisa bekerja dan berdagang dengan suatu negara sambil tetap melindungi diri sendiri," ujar Starmer.

Ia juga menyatakan akan berusaha menjalin interaksi dengan China dalam isu perdagangan, proliferasi nuklir, kecerdasan buatan (AI), perubahan iklim, dan masalah lainnya. Namun, ia juga berjanji akan memberikan kekuatan dan peralatan yang diperbarui kepada badan keamanan untuk mencegah apa yang disebutnya sebagai ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh Beijing.


Headhunter China

Sejauh ini, kekhawatiran keamanan meningkat setelah badan intelijen domestik Inggris, MI5, pada bulan November memperingatkan bahwa mata-mata China yang menyamar sebagai headhunter (perekrut). Mereka telah menargetkan anggota parlemen secara online.

Peristiwa itu terjadi setelah jaksa penuntut umum Inggris membatalkan kasus yang sangat sensitif secara politik terhadap dua pria, salah satunya mantan peneliti parlemen, yang dituduh memata-matai untuk China. China membantah tuduhan dalam kedua insiden tersebut.

Isu keamanan juga mencuat seiring rencana pembangunan kedutaan besar China baru di London yang memicu kekhawatiran hak asasi manusia dan keamanan. Pemerintah Inggris dijadwalkan akan memutuskan izin pembangunan kedutaan tersebut pada 10 Desember.

Meskipun Pemerintah Inggris telah berupaya memperbaiki hubungan dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu, hubungan bilateral kedua negara masih diselimuti ketegangan akibat isu spionase dan sengketa atas nasib Hong Kong. Starmer sendiri merupakan PM Inggris pertama yang bertemu dengan pemimpin China Xi Jinping dalam kurun waktu lebih dari enam tahun, November 2024.


(tps/șef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Korban Tewas Kebakaran Apartemen Hong Kong Tembus 83 Orang