Serbu! Ritel RI Bakal Gelar Pesta Diskon Sampai 80%, Catat Tanggalnya

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Selasa, 02/12/2025 15:15 WIB
Foto: Kondisi peritel modern tampak lengang masih berjalan normal dan tidak ada fenomena panic buying. (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026, pelaku usaha ritel mulai menghitung potensi lonjakan permintaan masyarakat. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menilai momentum akhir tahun selalu menawarkan peluang peningkatan penjualan yang signifikan, terutama untuk produk kebutuhan sehari-hari atau fast moving consumer goods (FMCG).

Ketua Umum Aprindo, Solihin mengatakan bahwa kontribusi penjualan pada periode Nataru secara historis memang selalu lebih tinggi dibanding bulan-bulan reguler. Menurutnya, pola konsumsi masyarakat yang meningkat menjadikan periode ini salah satu pendorong utama kinerja ritel sepanjang tahun.

"Average kontribusi penjualan dalam keadaan normal, kalau penjualan kita 100%, dibagikan 12 bulan. Normalnya per bulan kan, kontribusinya sekitar 8 sampai 9%. Nah, khusus di Nataru, itu setidak-tidaknya 15% sudah pasti lah. Nah, kalau di Ramadan sama Lebaran, itu bisa di atas 20%. Tapi kalau di Nataru, saya pikir 15% sampai 16% rata-rata tercapai," ujar Solihin.


Kenaikan permintaan pada Nataru menjadi momentum penting bagi ritel untuk mengejar target kinerja 2026. Aprindo sendiri tengah mematok target penjualan besar melalui program Every Purchase is Cheap (EPIC) Sale 2025 yang digelar pada 1 Desember 2025 sampai 4 Januari 2026 secara nasional. Solihin menyebut optimisme tetap terjaga, meski dinamika ekonomi masih menjadi tantangan bagi banyak pelaku usaha.

Foto: Penampakan minimarket di kecamatan Curug hari ini, Senin (1/9/2025). (CNBC Indonesia/M. Fakhriansyah)
Penampakan minimarket di kecamatan Curug hari ini, Senin (1/9/2025). (CNBC Indonesia/M. Fakhriansyah)

"Target Epic Sales Aprindo tahun 2026 ini mau enggak mau kita hanya upaya, dan saya yakin angka Rp 56 triliun, dengan jumlah yang turut serta kan insyaallah kita bisa tercapai," katanya.

Segmen Fast Moving Consumer Goods (FMCG) akan memegang peranan signifikan dalam mendorong penjualan pada periode akhir tahun. Produk kebutuhan pokok sehari-hari cenderung tetap dibeli konsumen meskipun daya beli masyarakat tidak sepenuhnya pulih. Ia menilai karakteristik konsumsi masyarakat Indonesia membuat FMCG menjadi penggerak stabil bagi industri ritel.

"Ini kan rata-rata kalau saya lebih menyediakan produk FMCG kebutuhan pokok sehari-hari. Orang enggak beli baju setiap bulan enggak apa-apa. Kan enggak pernah beli baju setiap minggu, kan? Makan enggak setiap hari, selesai," kata Solihin.

"Kecuali bulan Ramadan. Bulan Ramadan saja, kebutuhan lebih banyak, walaupun makan cuma sehari dua kali ya, sahur sama buka. Kalau kita sekarang ini tiga kali minimal: pagi sarapan, siang makan siang, malam. Tapi kebutuhan Ramadan jauh lebih besar daripada biasa," lanjutnya.

Di sisi lain, pemerintah juga memonitor kesiapan pelaku ritel dalam mengantisipasi lonjakan kebutuhan masyarakat menjelang Nataru. Aprindo memastikan stok bahan pokok berada pada level aman karena periode akhir tahun sudah dapat diprediksi jauh sebelumnya. Solihin menyebut koordinasi dengan pemerintah berjalan baik, terutama untuk menjaga stabilitas pasokan.

"Secara khusus, kemarin Pak Menteri (Perdagangan), menelpon saya untuk menanyakan bagaimana ketersediaan bahan pokok. Ya, saya pastikan (aman), karena Nataru datangnya tidak mendadak. Kita tahu tahun lalu kita tahu Nataru, tahun ini tanggal berapa, bulan berapa, itu pasti," ujarnya.


(fys/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Puncak Mudik Nataru Penumpang Pesawat Diramal 19 Desember 2025