Luhut Buka-bukaan Alasan Keberadaan Investor China di Kawasan IMIP
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan alasan di balik dominasi investasi asing, khususnya investor China, dalam pengembangan Kawasan Industri di Morowali atau Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah.
Luhut menegaskan, keberadaan investor China di balik pembangunan proyek IMIP ini tak lain karena hanya investor China lah yang siap untuk berinvestasi pada proyek hilirisasi nikel di Indonesia. Meskipun, Pemerintah Indonesia juga sudah menawarkan proyek hilirisasi pada sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat.
"Kita tidak berpihak kepada Tiongkok atau Amerika; kita berpihak kepada Indonesia. Faktanya, saat itu Tiongkok adalah satu-satunya negara yang siap masuk," tegas Luhut, dalam keterangan tertulis, Senin (1/12/2025).
Sebelum keputusan tersebut diambil, pemerintah telah melakukan kajian mendalam mengenai kesiapan berbagai negara dari sisi teknologi, pasar, dan investasi.
Dia bahkan menyebut bahwa negara maju seperti Amerika Serikat kala itu belum memiliki kapabilitas teknologi yang mumpuni untuk mendukung ambisi hilirisasi nikel Indonesia.
"Amerika Serikat tidak memiliki teknologi ini-dan hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Elon Musk ketika bertemu saya beberapa waktu lalu, bahwa AS tertinggal cukup signifikan dari Tiongkok," tambahnya.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu juga menekankan, meski China menjadi mitra utama, pemerintah tetap menerapkan syarat ketat demi menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional.
Ketentuan-ketentuan tersebut berlaku bagi seluruh mitra internasional, termasuk Tiongkok, dan menjadi landasan dalam setiap proses negosiasi, di antaranya:
1. Penggunaan Teknologi Terbaik.
Seluruh investor diwajibkan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan tidak diperkenankan membawa teknologi kelas dua (second-class technology). Pihaknya memastikan bahwa standar lingkungan Indonesia dipatuhi secara ketat.
2. Pemanfaatan Tenaga Kerja Lokal
Investor asing wajib memprioritaskan tenaga kerja Indonesia. Pihaknya memahami bahwa di daerah luar Jawa, khususnya wilayah Timur yang masih berkembang, terdapat keterbatasan tenaga ahli. Namun, kewajiban penggunaan tenaga kerja lokal tetap menjadi prinsip utama, dengan ruang pendampingan dan pelatihan untuk mengisi kekurangan keahlian tersebut.
3. Pembangunan Industri Terintegrasi dari Hulu ke Hilir
Setiap investasi harus berkontribusi pada pembangunan industri yang terintegrasi dari proses hulu hingga hilir agar menghasilkan nilai tambah signifikan bagi perekonomian nasional. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya menjadi pemasok bahan mentah, tetapi negara industri yang berdaya saing.
"Saat ini Indonesia memiliki ekosistem lithium baterai, baik LFP atau NCM, yang cukup lengkap, saya kira no tiga setelah Tiongkok, dan Korea Selatan. Kita sudah bisa mengekspor anoda, katoda dan lithium hydroxide/carbonate yg merupakan elemen penting dalam lithium baterai. Banyak negara negara lain yang ingin mencontoh kita," ujar Luhut.
4. Transfer Teknologi dan Capacity Building
Dalam pertemuan resmi dengan Perdana Menteri Tiongkok, Menteri Perdagangan, dan Menteri Luar Negeri mereka, Luhut menegaskan bahwa kerja sama harus mencakup transfer teknologi. Mereka pun kata Luhut menyetujui ini, sehingga program capacity building dapat berjalan untuk meningkatkan kemampuan SDM Indonesia.
"Hari ini, total nilai investasi di sektor hilirisasi mencapai US$ 71 miliar, di mana untuk Morowali nilainya mencapai lebih dari US$ 20 miliar, mempekerjakan lebih dari 100 ribu tenaga kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara signifikan sampai saat ini," kata Luhut.
[Gambas:Video CNBC]