Petaka Dunia Tak Kunjung Usai, 100 Perusahaan Ini Malah Pesta Pora
Jakarta, CNBC Indonesia - Pendapatan 100 produsen senjata terbesar dunia melonjak menjadi US$679 miliar atau setara Rp10.864 triliun pada 2024, menurut laporan terbaru Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
Kenaikan 5,9% dibanding 2023 ini ditopang perang Gaza dan Ukraina serta meningkatnya ketegangan geopolitik. SIPRI mencatat lonjakan terjadi hampir di semua kawasan, kecuali Asia dan Oseania yang terkoreksi akibat melemahnya kinerja perusahaan persenjataan China.
Perusahaan Amerika Serikat tetap mendominasi. Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan General Dynamics mendorong total pendapatan perusahaan AS dalam daftar top 100 menjadi US$334 miliar (sekitar Rp5.344 triliun). Meski demikian, SIPRI menyoroti terus berlarutnya pembengkakan anggaran dan penundaan proyek besar seperti jet tempur F-35 dan rudal balistik Sentinel.
SpaceX milik Elon Musk masuk daftar untuk pertama kalinya dengan pendapatan lini persenjataan US$1,8 miliar (sekitar Rp28,8 triliun), melonjak lebih dari dua kali lipat dibanding 2023.
Di Eropa, tanpa Rusia, 23 dari 26 perusahaan mencatat pertumbuhan. Total pendapatan mereka naik 13% menjadi US$151 miliar (sekitar Rp2.416 triliun). Czechoslovak Group mencetak lonjakan paling ekstrem, naik 193% menjadi US$3,6 miliar, didorong produksi peluru artileri untuk Ukraina. Dari Ukraina, JSC Ukrainian Defense Industry meningkatkan pendapatan 41% menjadi US$3 miliar.
Sementara itu, pendapatan Asia dan Oseania turun 1,2% ke US$130 miliar (sekitar Rp2.080 triliun), terutama akibat penurunan pendapatan gabungan perusahaan persenjataan China sebesar 10%. NORINCO tercatat anjlok 31%.
"Sejumlah tuduhan korupsi dalam pengadaan senjata China menyebabkan kontrak besar ditunda atau dibatalkan pada 2024," ujar Nan Tian, Direktur Program Pengeluaran Militer dan Produksi Senjata SIPRI, seperti dikutip Al Jazeera, Senin (1/12/2025).
Ia menambahkan bahwa situasi ini memperdalam ketidakpastian modernisasi militer China.
Sebaliknya, produsen senjata Jepang dan Korea Selatan menikmati lonjakan permintaan dari Eropa dan pasar domestik. Lima perusahaan Jepang meningkatkan pendapatan 40% menjadi US$13,3 miliar, sementara empat perusahaan Korea Selatan tumbuh 31% menjadi US$14,1 miliar. Hanwha Group mencatat lonjakan 42% pada 2024, lebih dari separuhnya dari ekspor.
Perusahaan Timur Tengah juga mencetak rekor baru: sembilan perusahaan masuk daftar top 100 dengan pendapatan gabungan US$31 miliar, naik 14%.
Tiga perusahaan Israel, yakni Elbit Systems, Israel Aerospace Industries, dan Rafael Advanced Defense Systems, mencatat lonjakan 16% menjadi total US$16,2 miliar, di tengah perang Gaza yang masih berlangsung. Permintaan global terhadap sistem anti-drone dan pertahanan udara Israel meningkat tajam setelah serangan besar Iran pada April dan Oktober 2024.
Turki menempatkan lima perusahaan dalam daftar, dengan pendapatan gabungan US$10,1 miliar, naik 11%. Baykar, produsen drone yang populer di Ukraina, juga mencatat 95% pendapatan dari ekspor.
Selain AS, Eropa, dan Timur Tengah, perusahaan dari Inggris, Prancis, Jerman, Italia, India, Taiwan, Norwegia, Kanada, Spanyol, Polandia, dan Indonesia juga masuk peringkat 100 besar produsen senjata dunia.
(luc/luc)