MARKET DATA

Punya Mobil di RI Susahnya Minta Ampun, Ternyata Ini Biang Keroknya

Ferry Sandi,  CNBC Indonesia
28 November 2025 17:10
Begini kondisi sentra mobil bekas jelang akhir tahun di WTC Mangga Dua, Jakarta Utara, Kamis (20/11/2025), di mana kondisinya cukup sepi. (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Foto: Begini kondisi sentra mobil bekas jelang akhir tahun di WTC Mangga Dua, Jakarta Utara, Kamis (20/11/2025), di mana kondisinya cukup sepi. (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat kepemilikan mobil di Indonesia masih jauh tertinggal dibanding sejumlah negara tetangga. Berdasarkan data pemerintah, rasio kepemilikan mobil di RI hanya 8,2%.

Sedangkan Malaysia, Thailand sudah cukup tinggi. Di balik rendahnya angka tersebut, sejumlah faktor dinilai masih menjadi pengganjal utama.

Persoalan pertama yang paling banyak dirasakan calon pembeli adalah mahalnya biaya pembiayaan. Hambatan ini membuat masyarakat berpikir dua kali sebelum mengajukan kredit mobil.

"Kendala kepemilikan mobil di Indonesia, ini salah satu kendala-kendala yang cukup common untuk kita ketahui bersama, bunga kredit itu cukup tinggi. Terus kalau kita misalnya mau beli mobil juga kita harus prepare DP yang cukup besar, 20-30% dari harga mobil itu kan cukup cukup besar untuk sebagian besar masyarakat kita," ujar Marketing Manager perusahaan sewa kepemilikan mobil Movus, M Rois Am di Tebet Eco Park, Jumat (28/11/2025).

Kondisi tersebut kian tertekan oleh dinamika suku bunga acuan Bank Indonesia. Selain itu, regulasi terkait BI checking juga sempat memunculkan perdebatan publik, terutama ketika pemerintah mewacanakan perubahan aturan untuk pembelian rumah subsidi. Menurut Rois, faktor-faktor ini berpengaruh langsung pada kemampuan masyarakat mengajukan pembiayaan kendaraan.

Marketing Manager Movus, M Rois Am di Tebet Eco Park, Jumat (28/11/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)Foto: Marketing Manager Movus, M Rois Am di Tebet Eco Park, Jumat (28/11/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Marketing Manager Movus, M Rois Am di Tebet Eco Park, Jumat (28/11/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

"Dan ada kenaikan BI rate juga setiap tahunnya, ada BI checking. Nah, ini kemarin juga cukup jadi polemik karena ya, pemerintah sempat mau menghilangkan BI checking untuk kepemilikan rumah subsidi," katanya.

Ada juga tingginya tingkat penolakan pengajuan kredit mobil oleh perusahaan pembiayaan. Proses seleksi yang ketat membuat banyak calon pemilik kendaraan gagal mendapatkan persetujuan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat yang sebenarnya memiliki kebutuhan mobilitas tinggi.

"Nah, selain itu juga pass rate untuk masyarakat Indonesia mengajukan ke leasing itu untuk bisa lolos ya kurang dari 50%. Nah, itu cukup cukup cukup besar lah rejection rate-nya juga," ungkapnya.

Tidak berhenti di situ, beban biaya tahunan yang harus ditanggung pemilik mobil juga ikut memperberat situasi. Besarnya pajak kendaraan, khususnya untuk mobil dengan harga menengah, menjadi faktor tambahan yang kerap membuat masyarakat mengurungkan niat membeli mobil. Belum lagi keberadaan pajak progresif di beberapa daerah yang memperbesar beban biaya.

"Pajak mobil juga. Pajak mobil untuk mobil harga Rp200 juta itu sekitar Rp4 juta per tahun. Nah, itu juga lumayan jadi beban ke mereka. Ada pajak progresif juga kalau misalnya di beberapa wilayah ya, enggak semua di Indonesia. Kalau misalnya Bapak, Ibu mau beli mobil baru, mobil sebelumnya masih ada terus mau beli mobil lagi, nah itu kena pajak progresif. Itu juga salah satu jadi beban," jelasnya.

Biaya pemeliharaan dan kebutuhan teknis lainnya tak kalah memberatkan. Rois menyebut bahwa banyak pemilik mobil tidak menyadari besarnya dana yang diperlukan untuk perawatan rutin hingga administrasi pendukung. Menurutnya, komponen-komponen pengeluaran ini sering kali memengaruhi keputusan pembelian mobil.

"Nah, biaya service juga, ini yang jadi biaya yang tidak terduga-duga, itu cukup besar juga per tahun Rp3 juta sampai Rp8 juta. Nah, itu kita harus prepare juga biayanya, asuransi apalagi, dan pengurusan administrasi yang lainnya," tutup Rois

(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BYD Atto 1 Disebut Bikin Irit Rp10 Juta, Begini Estimasi Hitungannya


Most Popular