MARKET DATA
Internasional

Fakta Baru Perang Rusia-Ukraina, Putin di Atas Angin

Tommy Patrio Sorongan,  CNBC Indonesia
28 November 2025 21:00
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri konferensi pers tahunannya di Moskow, Rusia, Kamis, 14 Desember 2023. (Aleksander Kazakov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri konferensi pers tahunannya di Moskow, Rusia, Kamis, 14 Desember 2023. (AP/Aleksander Kazakov)

Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya pertahanan Ukraina kini menghadapi tantangan yang jauh melampaui kerugian medan perang, yaitu krisis kekurangan personel infanteri yang kian akut. Kekurangan tenaga kerja ini secara langsung melemahkan kemampuan Kyiv untuk mempertahankan garis depan sepanjang lebih dari 1.000 kilometer.

Peter Dickinson, editor UkraineAlert blog, menjelaskan bahwa kekurangan personel ini disebabkan oleh kombinasi faktor negatif. Hal ini pada akhirnya, mengurangi daya tawar Presiden Volodymyr Zelensky di meja perundingan damai yang dimediasi oleh Presiden Donald Trump.

"Ukraina saat ini menderita kesulitan personel yang meningkat karena kombinasi faktor negatif termasuk kekurangan dalam mobilisasi, meningkatnya tingkat desersi, dan eksodus pria usia militer setelah pencabutan sebagian pembatasan darurat militer pada perjalanan internasional untuk pria berusia 18 hingga 22 tahun pada bulan Agustus," kata Dickinson.


Fakta di lapangan menunjukkan situasi yang sangat menekan. Walaupun Rusia juga menghadapi tantangan personel, keunggulan jumlah mereka terus meningkat.

Kondisi ini membuat pertahanan Ukraina makin tipis, memaksa mereka mempertahankan posisi garis depan yang kekurangan tenaga, bahkan terkadang hanya diisi tiga tentara. Jika perang berlanjut hingga tahun 2026 dan seterusnya, keunggulan personel Rusia hanya akan bertambah dan dapat mencapai titik yang memungkinkan terobosan yang menentukan.

Baru-baru ini, jatuhnya kota timur Pokrovsk, hub logistik penting, semakin menegaskan narasi yang diinginkan Moskow. Analis Lucian Kim dari International Crisis Group memperingatkan bahwa hal ini akan mempengaruhi pandangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang berupaya mendamaikan keduanya.

"Vladimir Putin kemungkinan akan menggunakan pengambilalihan Rusia atas Pokrovsk untuk menunjukkan kepada Trump bahwa perlawanan Ukraina sia-sia-dan bahwa Rusia sedang menuju kemenangan," ujarnya.

Masalah internal semakin parah. Sejak perang dimulai pada 2022, Kejaksaan Agung Ukraina telah membuka sekitar 311.000 kasus dugaan ketidakhadiran tanpa izin (AWOL) atau desersi, dengan lebih dari separuhnya terjadi tahun ini saja.

Meskipun desersi juga dialami Rusia, jumlah kasus yang tinggi di Ukraina ini menjadi masalah struktural yang tidak dapat diabaikan di tengah kekurangan personel yang sudah parah. Keputusan Zelensky pada Agustus untuk mencabut larangan perjalanan bagi pria usia 18-22 tahun, meskipun kontroversial, menambah tipisnya cadangan pasukan negara tersebut.


Bagi tentara di garis depan, kekurangan personel ini berarti rotasi tugas yang sangat panjang dan kondisi psikologis yang melumpuhkan. Gil Barndollar, senior research fellow di Catholic University of America, menjelaskan dampak taktis dari teknologi drone FPV Rusia.

"Bahaya bolak-balik ke garis nol karena FPV dan drone lainnya berarti para prajurit bertahan di posisi garis depan semakin lama, terkadang untuk durasi yang akan melumpuhkan secara psikologis," katanya.

(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Emosi Putin 'Tidak Ada Gunanya', Siapkan Rentetan Sanksi Baru


Most Popular