Tanda Ekonomi RI Membaik Muncul, Purbaya Ungkap Buktinya!
Jakarta, CNBC Indonesia-Ekonomi nasional mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan aktivitas masyarakat, mulai dari manufaktur hingga penjualan ritel.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan perbaikan ini didorong oleh upayanya menempatkan uang Rp 200 triliun ke perbankan dan menyalurkannya ke masyarakat. Dari penempatan ini, suku bunga kredit menurun. Inilah yang membuat ekonomi masyarakat membaik.
"Kita berhasil membalik optimisme masyarakat terhadap perekonomian kita," kata Purbaya, dalam rapat kerja dengan komisi XI DPR RI, Kamis (27/11/2025).
Terbukti, kinerja manufaktur berdasarkan Purchasing Managers' Index berada di zona positif, pada level 51,2, pada Oktober 2025. Kemudian, penjualan motor tumbuh membaik sebesar 8,4% pada Oktober 2025. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mencapai 133,2 pada Oktober 2025.
Keyakinan konsumen ini meningkat karena adanya ekspektasi masyarakat terhadap ekonomi yang lebih baik pada saat ini dan masa depan. Tidak hanya itu, Purbaya mengungkapkan kinerja ekonomi Indonesia tumbuh 5,04% didorong oleh permintaan domestik dan ekspor yang kuat, investasi resilien, optimalisasi belanja pemerintah.
"Dari pengeluaran konsumsi RT penyumbang besar PDB tumbuh 4,89%, PMTB tumbuh 5,04% mencerminkan optimsime pelaku usaha," katanya.
Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh 5,49% yang akan diakselerasi di kuartal IV-2025. Padahal, pada kuartal I, belanja pemerintah mengalami kontraksi 1,37% dan kontraksi 3,33% pada kuartal II-2025.
"Di triwulan kedua pertama serapan lambat sehingga perlambat ekonomi kita. Ini kita perbaiki ke depan tahun depan kita akan tumbuh terus, kita akan cegah belanja terlambat dari pemerintah supaya ekonomi kita kuat," paparnya.
Produksi sebagian besar tumbuh positif, a.l. manufaktur tumbuh 5,54%, perdagangan tumbuh 5,49%, transportasi tumbuh 8,62%, informasi dan komunikasi tumbuh 9,65%.
Kemudian, pertanian tumbuh positif untuk kesejahteraan petani. mengentas kemiskinan, dan ketahanan pangan.
"Secara keseluruhan, konsumsi yang kuat, investasi terjaga dan ekspor meningkat mendorong utama pertumbuhan ekonomi RI," paparnya.
Proyeksi Ekonomi 2026
Purbaya percaya diri, masyarakat akan semakin sedikit yang demonstrasi atau unjuk rasa setelah tahun 2025 berakhir. Ia mengatakan, ini karena pemerintah sudah makin berhasil membalikkan kondisi ekonomi, dari yang selama 8 bulan terakhir mengalami tekanan menjadi tumbuh cepat di sisa akhir tahun ini.
Pembalikan arah pertumbuhan ekonomi ini ia yakini akan terlihat pada akhir 2025, sehingga target pertumbuhan 5,2% tercapai. Kondisi itu pun membuat keyakinan masyarakat terhadap pemerintah makin tumbuh tinggi.
"Ketika masyarakat puas ke pemerintah seperti sekarang harusnya demo akan lebih sedikit ke depan, sehingga pemerintah bersama DPR bisa memfokuskan pertumbuhan ekonomi lebih cepat," kata Purbaya.
"Kalau ini bisa kita jaga sih, tahun depan saya pikir bisa tumbuh 6% tidak terlalu sulit," tegas Purbaya.
Terkait degan makin tingginya keyakinan masyarakat terhadap pemerintah, Purbaya memanfaatkan data Indeks Keyakinan Konsumen terhadap Kinerja Pemerintah yang dibuat oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Data terakhir IKKP per November 2025 kata dia kini sudah makin tinggi ke level 135,9, melanjutkan tren kenaikan dari Oktober 2025 ke posisi 130,6. Padahal, sejak Januari 2025 hingga September 2025, IKKP terus merosot.
Saat terjadinya gejolak demonstrasi berdarah pada periode Agustus-September 2025, hingga adanya penjarahan terhadap sejumlah rumah pejabat negara, angka IKKP kata Purbaya bahkan merosot tajam hingga menyentuh level 117,3.
"Jadi pada waktu ekonomi melambat anda lihat sendiri dari Juni, Juli, Agustus, September ini turun ke level yang rendah sekali, ini menggambarkan ketidakpuasan masyarakat ke kita semua, sehingga gampang sekali mereka turun ke jalan" papar Purbaya.
Purbaya mengklaim makin berbaliknya arah ekonomi dan IKKP itu tak terlepas dari kebijakan stimulus ekonomi yang terus digelontorkan pemerintah, termasuk penempatan dana menganggur pemerintah dari BI ke perbankan senilai Rp 276 triliun yang memicu tumbuh cepatnya kredit atau pembiayaan ke masyarakat.
"Jadi kalau tidak kita balik ekonominya, kita dalam keadaan berbahaya. Jadi langkah kita seperti dengan Rp 276 triliun itu sudah bisa mentrigger optimisme dan ekonomi kita," ucap Purbaya.
(arj/mij)