Ekonomi Gaza Ambruk: PDB Terjun 83%, Inflasi Meledak 238%
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Gaza mengalami keruntuhan paling parah yang pernah tercatat, setelah dua tahun perang Israel-Hamas menghancurkan hampir seluruh fondasi ekonomi wilayah tersebut. Laporan terbaru Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) menyebut kondisi Gaza kini berada pada titik "kehancuran total".
UNCTAD melaporkan bahwa PDB Gaza pada 2024 merosot 83% dibanding tahun sebelumnya. Sementara PDB per kapita anjlok menjadi US$161 (Rp 2,6 juta) per tahun atau kurang dari 50 sen per hari.
"Situasi ini menempatkan Gaza di antara perekonomian paling terpuruk di dunia," tulis laporan tersebut, dikutip RT, Kamis (27/11/2025).
Kondisi sosial-ekonomi memburuk drastis. Di mana ekonomi Gaza kini tinggal 13% dari ukurannya pada 2022, inflasi melonjak 238%, pengangguran mendekati 80%, dan seluruh 2,3 juta penduduk jatuh ke bawah garis kemiskinan.
"Operasi militer pasca-Oktober 2023 telah menghancurkan fondasi ekonomi Gaza dan menghapus 69 tahun kemajuan," tegas UNCTAD.
Kerusakan fisik juga sangat besar. Sekitar 70% bangunan di Gaza rusak atau hancur, dan pembangunan kembali diperkirakan membutuhkan dana minimal US$70 miliar serta memakan waktu puluhan tahun.
UNCTAD menambahkan bahwa dampak perang tak hanya melumpuhkan Gaza. Tetapi juga menyeret Tepi Barat ke dalam kontraksi ekonomi paling tajam yang pernah tercatat.
Israel memulai kampanye militernya setelah serangan Hamas pada Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang. Otoritas kesehatan Gaza yang dikelola Hamas menyatakan lebih dari 69.500 warga Palestina tewas akibat operasi militer Israel sejak itu.
Meski gencatan senjata yang ditengahi AS berlaku sejak 10 Oktober, serangan udara Israel masih terjadi dan distribusi bantuan berjalan lambat. Badan-badan PBB serta mediator regional menyebut kondisi kemanusiaan di lapangan tetap "sangat memprihatinkan".
(sef/sef)