MARKET DATA
Internasional

Jutaan Nyawa Warga Terancam, Tetangga RI Jadi Biang Kerok

Tommy Patrio Sorongan,  CNBC Indonesia
24 November 2025 16:10
Sungai Mekong
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Asia Tenggara menghadapi darurat lingkungan baru. Hal ini diungkapkan laporan komprehensif dari lembaga think tank AS, Stimson Center, yang dirilis Senin (24/11/2025).

Sebagaimana dikutip Reuters, laporan itu mengungkapkan adanya lebih dari 2.400 tambang, banyak di antaranya ilegal dan tidak teregulasi, di sepanjang sungai-sungai utama kawasan tersebut, yang berpotensi melepaskan bahan kimia mematikan. Tambang-tambang ini dikhawatirkan melepaskan sianida, merkuri, dan bahan kimia lain ke dalam air sungai, membahayakan mata pencaharian dan kesehatan jutaan penduduk.

Laporan Stimson Center menandai studi komprehensif pertama tentang tambang yang berpotensi menimbulkan polusi di Asia Tenggara Daratan. Para peneliti menganalisis citra satelit dan menemukan adanya 366 situs penambangan aluvial, 359 situs heap leach, dan 77 tambang tanah jarang yang mengalirkan limbah ke cekungan Mekong.


"Skalanya adalah sesuatu yang mengejutkan saya," ujarnya, seraya menambahkan bahwa cekungan Mekong sangat "rentan untuk kegiatan yang tidak diatur terjadi pada tingkat intensitas tinggi dan skala besar yang diungkapkan data kami," kata Brian Eyler, senior fellow di Stimson.

Dampak krisis ini sudah terasa secara langsung di Thailand Utara, di mana Sungai Kok mengalir dari Myanmar. Petani seperti Tip Kamlue kini terpaksa menggunakan air tanah karena peringatan kontaminasi sungai.

"Sejak pihak berwenang memperingatkan penduduk untuk berhenti menggunakan air Kok karena kekhawatiran kontaminasi, saya telah menggunakan air tanah untuk menanam," ujarnya.

Analisis sampel dari Sungai Kok yang dilakukan oleh Tanapon Phenrat, dari badan penelitian pemerintah Thailand, menunjukkan adanya arsenik-yang terkait dengan penambangan rare earth dan emas-bersama dengan rare earths berat seperti disprosium dan terbium.

Secara ekonomi global, polusi ini menimbulkan risiko besar terhadap rantai pasokan. Sungai Mekong menopang mata pencaharian lebih dari 70 juta orang, serta menjadi sumber utama ekspor global produk pertanian dan perikanan, termasuk udang, beras, dan ikan.


"Tidak ada supermarket besar di AS yang tidak memiliki produk dari Cekungan Mekong, termasuk udang, beras, dan ikan, yang berarti risiko kesehatan meluas hingga konsumen di luar Asia Tenggara," tambah Eyler

Faktor utama yang mendorong penambangan toksik ini adalah Myanmar, yang menajdi salah satu produsen tanah jarang terbesar dunia.

Sejumlah tambang tanah jarang baru di Myanmar beroperasi dengan dukungan China, di mana bahan mentah diangkut ke China untuk diproses. China sendiri menggunakan kendalinya atas tanah jarang sebagai daya tawar dalam perang tarifnya dengan AS.

Menanggapi laporan ini, Kementerian Luar Negeri China mengatakan pihaknya tidak mengetahui situasi tersebut, namun menegaskan bahwa pihaknya telah memwanti-wanti setiap bisnis untuk mengindahkan aturan pelestarian dan penjagaan alam dan lingkungan

"Kami secara konsisten mewajibkan perusahaan China di luar negeri untuk melakukan operasi produksi dan bisnis mereka sesuai dengan hukum dan peraturan setempat, dan mengadopsi tindakan ketat untuk melindungi lingkungan," ujarnya.

(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Singapura Menjadi Negara Nomor 1 di Asia Tenggara, Indonesia?


Most Popular