5 Photos
Potret Jejak Terakhir 300 Siswa yang Diculik Kelompok Bersenjata
Lebih dari 300 siswa diculik di Niger, memicu krisis keamanan Nigeria. Serangan beruntun, tuntutan tebusan tinggi, dan lemahnya respons negara.
Barang-barang dan pakaian yang ditinggalkan yang diduga milik para siswa Lima puluh dari lebih dari 300 siswa yang diculik dari sebuah sekolah Katolik di negara bagian Niger, Nigeria, pekan lalu berhasil melarikan diri dan kembali ke orang tua mereka, menurut Gereja Katolik dan Asosiasi Kristen Nigeria (CAN) pada Minggu. Namun, sekitar 253 siswa lainnya masih ditahan bersama 12 staf dan guru oleh para penculik, kata Ketua CAN sekaligus pemilik sekolah, Uskup Bulus Yohanna. (Social Communications Department/Catholic Diocese of Kontagora/Handout via REUTERS)
Yohanna dalam pernyataannya menjelaskan bahwa para siswa yang berhasil lolos melarikan diri pada Jumat dan Sabtu. Para orang tua langsung memadati sekolah St. Mary setelah mendengar kabar bahwa sebagian anak telah bebas, termasuk Amose Ibrahim yang datang untuk memastikan apakah salah satu dari tiga anaknya termasuk di antara mereka yang melarikan diri. (Social Communications Department/Catholic Diocese of Kontagora/Handout via REUTERS)
Penculikan ini menambah panjang daftar serangan terhadap sekolah di Nigeria, dengan lebih dari 300 siswa St. Mary diculik pekan lalu dalam insiden terbesar sejak tragedi Chibok 2014. Serangan itu terjadi hanya beberapa hari setelah penyerangan mematikan terhadap sebuah ibadah gereja, memicu kekhawatiran global terkait memburuknya keamanan di barat laut Nigeria. (Social Communications Department/Catholic Diocese of Kontagora/Handout via REUTERS)
Gelombang kekerasan juga terjadi di wilayah lain. Di Kebbi, 25 siswi sekolah mayoritas Muslim diculik; di Zamfara, 64 warga termasuk perempuan dan anak-anak disandera; sementara di Kwara, dua jemaat tewas dan 38 lainnya diculik dari sebuah gereja, dengan para pelaku disebut menuntut tebusan hingga 100 juta naira per orang. (Social Communications Department/Catholic Diocese of Kontagora/Handout via REUTERS)
Meningkatnya ancaman membuat Presiden Bola Tinubu membatalkan rencana menghadiri KTT G20 dan KTT Uni Afrika-Uni Eropa. Para analis menilai lemahnya keamanan sekolah dan luasnya wilayah tanpa pemerintahan membuat penculikan menjadi bisnis menguntungkan, sementara ancaman dari Boko Haram dan ISWAP tetap tinggi. Meski pemerintah menolak anggapan bahwa kelompok Kristen menjadi target khusus, tekanan internasional meningkat, termasuk ancaman tindakan dari Presiden AS Donald Trump. (Social Communications Department/Catholic Diocese of Kontagora/Handout via REUTERS)