Boikot Trump Tak Berpengaruh, G20 Tetap Sahkan Deklarasi
Jakarta, CNBC Indonesia - Meski Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump memboikot KTT G20, para pemimpin dunia di Afrika Selatan tetap mengadopsi deklarasi bersama pada Sabtu (22/11/2025) waktu setempat.
Melansir DW, langkah tidak lazim itu menegaskan bahwa forum ekonomi terbesar dunia tersebut enggan mengaitkan mandatnya dengan manuver politik Washington. Sebagai informasi, biasanya deklarasi biasanya diteken pada akhir KTT.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan keputusan itu diambil demi menjaga kredibilitas G20. "Kita tidak boleh membiarkan apa pun mengurangi nilai, status, dan dampak dari kepresidenan G20 Afrika yang pertama," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa G20 tetap menjadi forum penting bagi multilateralisme. "Tantangan yang kita hadapi hanya dapat diselesaikan melalui kerja sama, kolaborasi, dan kemitraan," tambahnya.
Tidak hadirnya AS memicu kekhawatiran sejumlah pemimpin mengenai masa depan forum tersebut. Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan bahwa G20 "mungkin akan segera berakhir" jika negara-negara besar terus gagal menyelesaikan krisis global bersama.
Sementara, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menambahkan, "Tidak diragukan lagi, jalan di depan sulit. Kita perlu menemukan cara untuk kembali memainkan peran konstruktif menghadapi tantangan dunia."
Dari Beijing, Perdana Menteri China Li Qiang menyoroti memburuknya solidaritas internasional. "Unilateralisme dan proteksionisme merajalela," ujarnya, seraya mempertanyakan komitmen global terhadap kerja sama multilateral.
Deklarasi G20 yang berisi 122 poin itu mencakup sejumlah isu utama, termasuk dorongan meningkatkan pendanaan iklim "dari miliaran menjadi triliunan," reformasi sistem keuangan internasional, serta dukungan bagi negara berpendapatan rendah untuk mengelola beban utang.
Bahasa terkait pajak bagi individu ultra-kaya disebut lebih lemah dibandingkan deklarasi sebelumnya di Rio de Janeiro, sebagaimana dicatat dalam laporan DW dan Reuters.
Dokumen itu juga menyerukan "perdamaian yang adil, komprehensif, dan abadi" untuk konflik di Ukraina, Sudan, Republik Demokratik Kongo, dan Wilayah Palestina yang Diduduki.
Ukraina hanya disebut satu kali dalam teks, tetapi menurut laporan Reuters dan AP, para pemimpin Barat tetap membahas rencana perdamaian yang diajukan AS di sela-sela KTT, meski tidak ada delegasi resmi Washington.
Menjelang penutupan KTT, ketegangan meningkat terkait serah terima presidensi G20 dari Afrika Selatan kepada AS. Upacara simbolis itu hampir dipastikan batal karena delegasi yang dikirim Washington adalah pejabat diplomatik tingkat junior.
"Hal itu belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terjadi di sini," kata juru bicara kepresidenan Afrika Selatan, Vincent Magwenya.
Gedung Putih sebelumnya menuduh Afrika Selatan merusak prinsip-prinsip G20 dan prosedur transisi kepemimpinan dengan melanjutkan pertemuan tanpa kehadiran AS. Namun, pejabat Afrika Selatan bersikeras bahwa G20 tidak boleh tersandera oleh ketidakhadiran satu anggota, termasuk ekonomi terbesar dunia tersebut.
(hsy/hsy)