Internasional

Trump Ngaku Negosiasi Nuklir sedang Berjalan, Iran: Ngarang!

luc, CNBC Indonesia
Jumat, 21/11/2025 06:05 WIB
Foto: Ilustrasi bendera Iran dan Amerika Serikat (File/REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan diplomatik antara Iran dan Amerika Serikat kembali memuncak setelah Teheran secara terbuka membantah pernyataan Presiden Donald Trump yang sehari sebelumnya menyebut bahwa proses negosiasi soal nuklir tengah berlangsung.

Pernyataan yang saling bertolak belakang ini menyoroti jurang ketidakpercayaan kedua negara serta rapuhnya upaya meredakan konflik yang berkaitan dengan isu nuklir dan keamanan kawasan.

"Tidak ada proses negosiasi antara Iran dan Amerika Serikat," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, kepada wartawan di Teheran, dikutip dari Newsweek, Jumat (21/11/2025).


Penolakan tegas itu disampaikan ketika Iran kembali menegaskan sikap bahwa dialog dengan Washington tidak masuk akal di tengah tekanan militer yang terus berlanjut.

"Seperti yang telah disampaikan oleh Menteri Luar Negeri berkali-kali, berbicara dengan pihak yang tidak percaya pada rasa saling menghormati dan bangga dengan agresi militer terhadap Iran tidak memiliki pembenaran logis," kata Baghaei.

Situasi ini memperlihatkan betapa rentannya hubungan AS-Iran, terutama setelah eskalasi serangan militer dalam beberapa bulan terakhir. Awal tahun ini, Washington memberikan dukungan terhadap perang 12 hari Israel terhadap Iran, sebuah peristiwa yang semakin menumpulkan kepercayaan Teheran terhadap peluang dialog langsung.

Kondisi tersebut membuat setiap inisiatif diplomasi menghadapi hambatan besar, termasuk upaya AS mencari jalan menuju kesepakatan nonproliferasi nuklir dan stabilitas kawasan Timur Tengah.

Klaim Trump dan Peran Riyadh

Sehari sebelum bantahan Iran, Trump menyampaikan nada optimistis di Gedung Putih. Berbicara bersama Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS), Trump mengatakan terbuka dan tengah melakukan pembicaraan dengan Iran. Menurutnya, sangat baik apabila AS bisa sepakat dengan Iran, sambil menyiratkan bahwa Riyadh dapat membantu memfasilitasi pembicaraan.

MBS, yang hadir mendampingi Trump, merespons dengan mengatakan bahwa Saudi siap membantu tercapainya kesepakatan.

"Kami akan bekerja sama secara erat dalam masalah ini, dan kami akan melakukan yang terbaik untuk membantu mencapai kesepakatan antara Amerika dan Iran," ujarnya.

Sementara itu, Baghaei, juga menanggapi laporan terkait pesan Presiden Iran Masoud Pezeshkian kepada putra mahkota Saudi. Ia menegaskan bahwa komunikasi tersebut bersifat bilateral dan "tidak melibatkan AS sama sekali".

Washington dan Teheran sempat terlibat dialog pada awal tahun mengenai program nuklir Iran dan pengaruh regional negara itu. Namun pembicaraan tersebut terhenti setelah eskalasi serangan, termasuk kampanye 12 hari Israel pada Juni yang menargetkan kepentingan Iran, serta serangan lanjutan oleh AS terhadap fasilitas nuklir penting.

Rangkaian peristiwa tersebut kian memperkuat kehati-hatian Iran untuk kembali ke meja perundingan.

Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, mengatakan lembaganya terus berkoordinasi dengan otoritas Iran agar inspeksi dapat berlangsung penuh.

"Para inspektur kami sudah kembali ke Iran dan melakukan inspeksi di fasilitas-fasilitas yang tidak terkena dampak serangan [Israel dan Amerika] pada bulan Juni, namun keterlibatan lebih besar diperlukan untuk memulihkan inspeksi secara penuh."


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Diminta Pangeran MBS,Trump Mulai Upaya Akhiri Perang Sudan