Sungai Jadi Biru Terang, Malaysia Setop Operasi 3 Tambang Sekaligus
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Malaysia menghentikan operasi satu lokasi penambangan logam tanah jarang dan dua tambang timah di negara bagian Perak setelah muncul laporan publik bahwa sebagian aliran Sungai Perak berubah menjadi biru terang, memicu kekhawatiran pencemaran.
Langkah penghentian ini disampaikan Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan, menyusul investigasi awal yang mengaitkan perubahan warna air sungai dengan aktivitas di lokasi tambang logam tanah jarang milik MCRE Resources Sdn Bhd. Menteri Johari Abdul Ghani dalam penjelasan di parlemen mengatakan penyelidikan dimulai setelah otoritas menerima laporan masyarakat mengenai air yang berwarna tidak normal di bagian Sungai Perak.
Menurut Johari, pemeriksaan awal menemukan adanya pembuangan dari lokasi tambang yang "warnanya sesuai dengan warna air di sungai". Ia menambahkan bahwa pengukuran radiasi di lokasi tersebut juga tercatat jauh di atas batas izin proyek.
"Angka radiasi di lokasi tersebut juga ditemukan mencapai 13 becquerel, jauh di atas batas 1 becquerel yang diizinkan berdasarkan laporan penilaian dampak lingkungan awal proyek tersebut," ujar Johari, dikutip dari CNBC International, Kamis (20/11/2025).
Ia menegaskan bahwa fokus penyelidikan kini adalah memastikan jenis bahan kimia yang digunakan dalam proses penambangan, serta kecocokannya dengan data yang dilaporkan perusahaan kepada otoritas.
MCRE belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait pernyataan Johari. Situs resmi perusahaan menyebut MCRE mengoperasikan proyek tanah jarang perintis di Malaysia dengan metode in-situ leaching, menggunakan teknologi yang dibagikan perusahaan asal China.
Malaysia memiliki cadangan tanah jarang yang diperkirakan mencapai 16 juta ton dan berupaya memanfaatkan permintaan global yang terus meningkat, namun negara tersebut belum memiliki kemampuan teknologi memadai untuk menambang dan mengolah mineral itu secara mandiri.
Kuala Lumpur telah menjajaki kerja sama dengan China, pemimpin global dalam industri tanah jarang, termasuk kemungkinan pembangunan fasilitas pemurnian. Pada bulan lalu, Malaysia juga menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat terkait pengembangan sektor ini.
(luc/luc)