Internasional

Terlalu Bergantung Impor Minyak, Krisis Listrik Hantam Negara Ini

tfa, CNBC Indonesia
Kamis, 20/11/2025 11:40 WIB
Foto: Kuba gelap gulita saat krisis listrik menghantam negeri itu.(REUTERS/Norlys Perez)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kuba kembali terjebak dalam krisis energi serius setelah pasokan minyak dari sekutu utamanya merosot tajam. Anjloknya impor membuat pemadaman listrik harian semakin parah, termasuk di ibu kota Havana yang menjadi pusat ekonomi negara itu.

Data pengiriman yang dilihat Reuters, dikutip Kamis (20/11/2025)menunjukkan impor minyak mentah dan bahan bakar Kuba sepanjang Januari-Oktober tahun ini turun 35% menjadi sekitar 45.400 barel per hari. Dari 69.400 barel per hari pada periode yang sama tahun lalu.




Penurunan drastis ini dipicu berkurangnya pasokan dari Meksiko dan Venezuela. Dua negara yang selama ini menopang kebutuhan energi Kuba.

Dari Meksiko, impor turun 73% menjadi hanya 5.000 barel per hari, jauh dari 18.800 barel per hari pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, pasokan dari Venezuela, yang merupakan sekutu politik terpenting Kuba, turun hampir 15% menjadi 27.400 barel per hari.

Penurunan terutama terjadi pada produk bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik. Di lapangan, dampaknya sangat terasa.



Serikat pekerja listrik negara menyebut hampir 900 megawatt kapasitas pembangkit, setara hampir sepertiga permintaan nasional, tidak beroperasi akibat minimnya bahan bakar serta pelumas. Di Havana, pemadaman tak terjadwal bahkan bisa mencapai sembilan jam per hari sementara di provinsi terpencil, warga hanya menikmati listrik dua hingga empat jam.

"Situasi pemadaman listrik ini sangat buruk, paling tidak," keluh Daniela Castillo, mahasiswa 18 tahun.

"Kami tiba di rumah kelelahan, tidak ada listrik, dan sering kali kami harus menunggu listrik menyala, supaya bisa makan, supaya bisa belajar," tambahnya.

Penurunan pasokan dipicu keterbatasan produksi di Meksiko dan Venezuela. Produksi minyak Pemex turun hampir 9% menjadi 1,63 juta barel per hari, sementara ekspor minyak mentahnya anjlok 23% menjadi 604.000 barel per hari.

Di Venezuela, perubahan kebijakan sanksi AS membuat PDVSA harus lebih banyak memasok ke kilang domestik. Sehingga ekspor ke Kuba ikut terpangkas.

Selain itu, data menunjukkan minimnya kapal tanker yang memadai juga menghambat arus pengiriman jangka panjang ke Kuba. Rusia, yang kerap membantu dalam krisis sebelumnya, hanya mengirim beberapa kargo minyak Ural tahun ini, menjadi jumlah yang tidak cukup untuk menutup defisit pasokan.


(tfa/șef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Electricity Connect 2025: Dukung Swasembada & Ketahanan Energi