Bos Onderdil Bilang TKDN Mobil Listrik Rendah, Cuma yang Kecil-Kecil
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri onderdil atau komponen (sparepart) otomotif dalam negeri mengaku belum sepenuhnya meraup peluang dari pesatnya pertumbuhan kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Sejumlah produsen mobil listrik besar seperti BYD hingga Chery rupanya belum banyak menyerap pasokan dari pabrik sparepart atau komponen lokal.
Padahal penjualan mobil listrik terus bertumbuh. Tercatat, penjualan mobil listrik di Indonesia melonjak tajam dan mencetak rekor baru pada Oktober 2025. Data wholesales atau distribusi dari pabrik ke diler menunjukkan sebanyak 13.935 unit mobil listrik terkirim ke seluruh Indonesia. Angka ini melesat 245% dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 4.039 unit.
Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat-Alat Mobil dan Motor (GIAMM) Rachmat Basuki mengungkapkan, kondisi ini terjadi karena sebagian besar pabrikan masih mengandalkan impor atau perakitan sederhana di Indonesia.
"Kalau Wuling udah ya. Kalau Wuling udah lama. Kalau BYD kan belum produksi di sini. Masih impor semua. Chery pun masih namanya semi-CKD (completely knocked down/ terurai lengkap) lah, SKD. Simple KD bahasa kita. Jadi, belum ada barang yang di (suplai) lokal," ujar Rachmat kepada CNBC Indonesia di sela-sela Modular Factory Groundbreaking Bosch di Cikarang, Rabu (19/11/2025).
Ia memaparkan, struktur produksi mobil listrik yang masih terbatas membuat tingkat komponen lokal (TKDN) belum mencapai level ideal untuk melibatkan pemasok sparepart dalam negeri. Menurutnya, pabrik kendaraan listrik di Indonesia saat ini masih menangani perakitan dasar yang nilai tambahnya rendah.
"Kalau untuk listrik itu kan ngerakit aja 30%. Untuk baterai aja di sini 40 udah, 70%. 10% yang dilokalin apa? Yang kecil-kecil" tegasnya.
Rachmat mengungkapkan, keputusan pabrikan global untuk meningkatkan lokalisasi komponen sangat bergantung pada kepastian volume penjualan. Tanpa permintaan yang stabil, mereka enggan menanam investasi besar untuk memproduksi komponen secara penuh di Indonesia.
"Pertimbangan mereka? Karena volumenya. Kalau volumenya bisa sustain gede, mungkin dia akan berani. Kalau volumenya masih fluktuatif, ya mereka pasti SKD aja dulu," jelasnya.
Industri komponen lokal berharap momentum pertumbuhan mobil listrik yang tengah melesat dapat segera mendorong pabrikan memperbesar investasi manufaktur di Tanah Air. Dengan begitu, rantai pasok industri EV Indonesia dapat berkembang lebih kuat dan kompetitif.
"Harapannya yang pemasok lokal-lokal dilibatkan," kata Rachmat.
(dce)