Soal Pengembangan PLTSa, Ahli ITB Ingatkan Karakteristik Sampah

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Rabu, 19/11/2025 10:41 WIB
Foto: Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Pandji Prawisudha memberi pemaparan secara virtual di acara Waste to Energy Investment Forum 2025 dengan tema “Economic Gains, Environmental Wins” di Gedung Menara Bank Mega, Jakarta, Rabu (19/11/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Pandji Prawisudha menyampaikan baha pengembangan waste to energy atau sampah menjadi energi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) jangan sampai meleset.

Pandji menjabarkan sedikit kasus mengenai pengembangan PLTSa di Thailand berkenaan dengan iniserator di Phuket. Di mana pembangkit dengan kapasitas 2,5 Mega Watt (MW) tersebut mengolah sampah di kisaran 250 ton per hari.

Namun demikian, pasca pembangkit tersebut berdiri di tahun 1999, sampah tersebut datang lebih banyak atau melebihi 250 ton per hari. Dilalahnya, PLTSa tersebut tidak pernah bisa melebihi kapasitas 2,5 MW.


"Di mana, kenyataannya dia cuma bisa beroperasi di kisaran 1,8 MW.

ketika kami teliti apa sebab utamanya, ternyata saat mereka melakukan FS, kandungan organik sampah di phuket itu ada di kisaran 34%. sementara dari mulai mereka beroperasi hingga 2007, penelitian mereka juga menujukan hasil bahwa sampah organik mereka ada kisaran 49-60%,"

"Berarti yang terkini, sampah organik mereka 65-69%. artinya, proses sampling sampah dalam FS atau studi kelayakan PLTSA ini sangat penting," terang Pandji dalam Waste to Energy Invesment Forum 2025, Rabu (19/11/2025).

Maka dari itu, ia mengingatkan, agar para investor yang ingin masuk ke Indonesia untuk melihat karakteristik sampah. Sebab, ketika sampah organik lebih besar pada saat melakukan FS, maka ini akan mempengaruhi besarnya listrik yang bisa dihasilkan.

"Dan karena ini akan mempengaruhi, maka dia akan menjadi sangat sensitif terhadap kualitas sampah. oleh karena itu, bagaimana sampah itu muncul, bagaimana sampah itu diolah sebelum masuk PLTSa. ini sangat penting di Indonesia,"
"Yang kita ketahui banyak kadar sampah organiknya cukup besar, yang biasanya di 55-60%. Ini yang saya pikir perlu kita waspadai sebelum menjalankan project PLTSa. ini harus berdasarkan worst case conditiion," tandas dia.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Zulhas Jamin Proses Izin Bangun Waste to Energy Cuma 3 Bulan