Dor! Tentara Baku Tembak dengan Gengster di Depan Kedutaan
Jakarta, CNBC Indonesia - Tentara marinir Amerika Serikat (AS) baku tembak dengan gengster di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, pekan lalu. Hal ini terjadi di depan Kedutaan AS yang diserang di negeri itu.
Negara Karibia berpenduduk hampir 12 juta jiwa ini telah dilanda kekerasan sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada tahun 2021. Kelompok kriminal bersenjata berat kini memanfaatkan kekosongan kekuasaan untuk meningkatkan pengaruh mereka di Port-au-Prince dan wilayah lainnya.
Haiti sendiri telah berada dalam keadaan darurat selama lebih dari setahun. Gangster tersebut dipimpin oleh Jimmy "Barbecue" Cherisier, yang mengetuai tujuh kelompok penjahat.
"Marinir membalas tembakan setelah menjadi sasaran tersangka anggota geng pada Kamis malam," kata juru bicara Marinir AS, Kapten Steven J. Keenan, dalam sebuah pernyataan pada Minggu, dimuat RT, Selasa (18/11/2025).
"Tidak ada korban luka di antara prajurit AS akibat insiden tersebut," tambah Keenan.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan pegawai pemerintah AS yang tidak penting dan keluarga mereka untuk meninggalkan Haiti pada Juli 2023. Saat ini, Departemen Luar Negeri AS telah mengeluarkan peringatan 'Level 4'.
Level 4 berisi peringatan jangan bepergian ke negara tersebut. Ada risiko penculikan, kejahatan, aktivitas teroris, dan kerusuhan sipil.
Sementara itu, Kepala Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan, Ghada Fathi Waly, mengatakan bahwa geng-geng tersebut telah menguasai sekitar 90% Port-au-Prince. Gengster juga memperluas serangan mereka ke wilayah lain yang sebelumnya damai.
Kontrol atas rute perdagangan utama oleh kelompok kriminal telah melumpuhkan perdagangan legal, yang menyebabkan kenaikan harga barang-barang penting seperti bahan bakar memasak dan beras. Menurut data PBB, setidaknya 5.600 orang tewas dalam insiden terkait geng di Haiti pada tahun 2024, dengan 1,3 juta orang di seluruh negeri mengungsi akibat krisis tersebut.
Sebuah misi yang dipimpin Kenya dan didukung PBB, yang tiba di Haiti pada tahun 2024 untuk membantu meredam kekerasan, berhasil membebaskan istana presiden di ibu kota dan membuka blokir beberapa jalan utama, tetapi tidak dapat mencapai kemajuan lebih lanjut karena dilaporkan kekurangan personel dan peralatan. Hanya sekitar 40% dari rencana 2.500 pasukan yang dikerahkan.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aceh Diserang Tentara AS Nyamar Jadi Pedagang, 500 Orang Tewas