Internasional

Ramai-Ramai Orang Kaya Kini Sewakan Emas Batangan

tfa, CNBC Indonesia
Selasa, 18/11/2025 16:30 WIB
Foto: Ilustrasi emas (dok Istimewa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor kaya kini mengubah cara mereka mengelola aset. Jika sebelumnya emas dibiarkan diam di brankas, kini banyak pemilik memilih menyewakan emas batangan mereka untuk mendapat imbal hasil.

Fenomena ini makin marak seiring lonjakan harga emas global. Sewa emas menjadi sebuah praktik yang mengubah citra logam mulia tersebut dari sebelumnya aset yang "tidak menghasilkan".


"Kami menerima banyak panggilan telepon dari orang-orang yang mengatakan, saya punya emas batangan senilai US$2 juta (sekitar Rp 33 miliar), saya punya emas batangan senilai satu juta dolar," ujar pendiri SafeGold, Gaurav Mathur, dikutip CNBC International, Selasa (18/11/2025).

"Bisakah Anda menyewakannya untuk saya?" tambahnya.

Ia menyebut volume sewa di platformnya melonjak dari US$2 juta menjadi US$40 juta (Rp 668 miliar) sejak awal tahun. Ini mencerminkan besarnya minat investor mencari pendapatan tambahan dari emas.

Investor menyewakan emas mereka ke penyuling, toko perhiasan, atau perusahaan industri yang membutuhkan logam untuk produksi. Sebagai imbalannya, mereka menerima "bunga" dalam bentuk emas.

SafeGold saat ini menawarkan imbal hasil 2% untuk sewa dengan jaminan dan 4% tanpa jaminan. Angka itu sempat lebih tinggi pada awal tahun, yakni 3%-5%.

Menurut Keith Weiner, CEO Monetary Metals, ada alasan tren ini muncul. Karena investor ingin emas mereka bekerja, bukan sekadar disimpan.

"Orang-orang tidak lagi hanya membeli emas dan menunggu harganya naik... Mereka ingin menyimpannya terlepas dari harganya, dan kemudian berpikir, bagaimana cara memanfaatkannya?" katanya.

Salah satu penyewa, seorang pengusaha AS bernama Joseph, mengaku meningkatkan jumlah emas yang ia sewakan selama setahun terakhir. Ia mengungkapkan memperoleh sekitar 3,8% pendapatan tahunan dalam bentuk emas.

"Satu-satunya kepastian yang saya tahu adalah mata uang akan terdepresiasi," katanya.

"Bank-bank sentral telah mengakumulasi emas dengan laju luar biasa... Mengakumulasi emas adalah keputusan paling bebas stres yang bisa diambil," tambahnya.

Mekanisme sewa emas mirip pinjaman, hanya saja aset yang dipinjam adalah emas dalam ons, bukan uang. Investor menyuplai emas ke platform, lalu platform menyalurkannya ke peminjam seperti perajin perhiasan atau penyuling.

Para peminjam membayar imbal hasil dalam bentuk emas, dan di akhir periode mengembalikan jumlah yang sama, bukan dalam dolar. Sehingga mereka tidak terpapar risiko fluktuasi harga.

Menurut CEO Kilo Capital, Wade Brennan, tren ini menghilangkan dua masalah utama bagi pelaku industri, yaitu kebutuhan pendanaan dan risiko harga. Jika membeli emas menggunakan pinjaman bank, peminjam perlu melakukan lindung nilai, yang sering kali rumit dan tidak familiar bagi sebagian besar pelaku usaha.

Harga emas yang telah naik lebih dari 50% tahun ini membuat kebutuhan pembiayaan di rantai pasokan ikut melonjak. CEO Goldstrom, Patrick Tuohy, mengatakan klien sektor perhiasan melihat kebutuhan sewa emas meningkat dua kali lipat dalam empat bulan terakhir.

"Karena harga emas naik signifikan, pinjaman bank sebesar US$100.000 kini bisa membeli emas jauh lebih sedikit. Pelaku perhiasan membutuhkan pembiayaan alternatif, dan sewa emas menjadi solusinya," ujarnya.

Sementara itu, John Reade dari World Gold Council mengingatkan bahwa sewa emas menghadirkan risiko rekanan yakni kemungkinan peminjam tidak mengembalikan emas tepat waktu atau mengembalikan emas yang tidak autentik. Karena itu, investor diminta mengevaluasi kelayakan kredit peminjam dengan sangat hati-hati.

Untuk meredam risiko tersebut, perusahaan seperti SafeGold menguji keaslian setiap emas yang kembali, sementara Monetary Metals menggunakan asuransi, audit, hingga teknologi RFID. Goldstrom bahkan menanamkan chip RFID pada setiap perhiasan yang dibuat dari emas sewaan, sehingga inventaris bisa dipantau 24/7.

"Kami benar-benar mengubah toko perhiasan menjadi brankas," kata Tuohy.

Jika terjadi gagal bayar, perusahaan dapat menyita dan melebur perhiasan untuk mengambil kembali emas. Hal ini, diklaim Tuohy, model telah berjalan sejak 2006 tanpa kasus gagal bayar.


(tfa/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasang Tarif Bea Keluar Ekspor Emas, Purbaya Target Raup Rp 2 T