Pertamina Sebut Program Bioetanol RI Tidak Ganggu Pasokan Pangan

Verda Nano Setiawan,  CNBC Indonesia
18 November 2025 15:10
Kebun tebu. (Dok. holding-perkebunan)
Foto: Kebun tebu. (Dok. holding-perkebunan)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) memastikan bahwa implementasi bahan bakar campuran bioetanol 10% (E10) tidak akan mengganggu ketersediaan pangan nasional. Pasalnya, bahan baku etanol yang digunakan tidak berasal dari produk inti komoditas pangan, melainkan limbahnya.

Direktur Utama PT Pertamina NRE John Anis menjelaskan, program bioetanol sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) menggunakan konsep multi-feedstock, sehingga sumber bahan baku etanol dapat berasal dari beragam material non-pangan.

"Di mana salah satunya dari aren itu punya potensi yang luar biasa, molase dari tebu kemudian dari singkong juga punya potensi di Lampung, dan yang disebut 2G yaitu dari waste," kata John dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI, dikutip Selasa (18/11/2025).

Di samping itu, John membeberkan teknologi bioetanol 2G, yang dikembangkan bersama Toyota dirancang agar tidak bersaing dengan kebutuhan pangan masyarakat. Mengingat, bahan bakunya berasal dari ampas hasil pertanian.

"Ini cukup menarik karena 2G dari waste ini bekerja sama dengan Toyota itu tidak akan bersaing dengan makanan karena mengambil contohnya pelepah sawit atau tandan sawit atau mungkin batang tebu, itu juga limbah tebu juga bisa kami olah," kata John.

Sebelumnya, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM mengungkapkan bahwa Toyota Motor Corporation bersama Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) tengah menjajaki kerja sama pembangunan pabrik bioetanol di Provinsi Lampung.

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu menyebut baik Toyota maupun Pertamina akan langsung melakukan joint study dan site visit ke lokasi di Lampung, targetnya pada awal tahun 2026 perusahaan patungan (JV) sudah terbentuk.

Sementara itu, dalam rangka mendukung kebijakan E10, saat ini juga tengah dikaji rencana pengembangan fasilitas dengan kapasitas produksi sebesar 60.000 kilo liter (kl) per tahun dan nilai investasi sekitar Rp2,5 triliun.

"Investasi ini menjadi langkah awal yang diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga membuka peluang ekspor ke negara lain," kata Todotua dalam keterangan tertulis, Rabu (12/11/2025).


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kinerja Moncer! Pertamina NRE Cetak Laba Rp1,39 Triliun di Tahun 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular