Disiplin Fiskal Jadi Strategi Penguatan Fondasi Ekonomi Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto dipandang menjadikan disiplin fiskal dan stabilitas makro sebagai fondasi utama penguatan ekonomi Indonesia pada 2025. Hal tersebut disampaikan oleh Global Chief Economist Juwai IQI, Shan Saeed, yang menganggap arah kebijakan ekonomi Prabowo telah membawa Indonesia menjadi salah satu kekuatan baru di Asia.
Menurut Saeed, Indonesia memasuki tahun 2025 dengan kondisi makroekonomi yang solid dan stabil. Doktrin stabilitas makroekonomi Prabowo yang mengkombinasikan kehati-hatian fiskal, pengendalian inflasi, serta ekspansi industri jangka panjang telah mendorong proyeksi pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5%-5,8%. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik di kawasan.
"Disiplin fiskal menjadi kekuatan utama. Pemerintah menjaga defisit anggaran di sekitar 2,7% terhadap PDB, sementara rasio utang publik dipertahankan di bawah 40%, mempertegas rekam jejak Indonesia sebagai negara dengan tata kelola makro yang stabil di tengah melemahnya posisi fiskal banyak negara di dunia," ungkap Saeed dalam keterangan tertulis, Jumat (14/11/2025).
Pemerintahan Presiden Prabowo disebut Saeed fokus pada tiga variabel kunci. Di antaranya adalah stabilitas makroekonomi, tanggung jawab fiskal, dan kredibilitas pertumbuhan jangka panjang. Ketiga variabel tadi menjadi fondasi yang memberi kepercayaan besar bagi para pelaku usaha dan investor internasional.
Dari segi moneter, inflasi Indonesia tetap terkendali. Inflasi inti diproyeksikan berada di rentang 2,5%-3,2%, sehingga mencerminkan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang terukur dan stabilnya rantai pasok nasional. Stabilitas harga ini dinilai menghasilkan kepastian yang dibutuhkan rumah tangga maupun pelaku industri.
Lebih jauh, Saeed juga menekankan bahwa rupiah kini menjadi jangkar kepercayaan baru. Dengan pergerakan di kisaran Rp 15.200-Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS), stabilitas rupiah menunjukkan kuatnya neraca transaksi berjalan, manajemen devisa pemerintah, serta arus modal masuk yang semakin positif.
"Di tengah volatilitas global, rupiah muncul sebagai salah satu mata uang paling stabil di kawasan," imbuh dia.
Pada akhirnya, Shan Saeed mengambil kesimpulan bahwa kepemimpinan ekonomi Presiden Prabowo dikemas dalam satu tema, yaitu Indonesia First. Sebuah orientasi kebijakan yang menurutnya akan memperkuat fundamental, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta mendorong Indonesia menjadi kekuatan industri baru di kawasan Asia.
(rah/rah)