Menghidupkan Ulos, Menenun Mimpi Kain Leluhur Mendunia
Tapanuli Utara - Danau Toba telah lama memukau dunia dengan keindahan alam dan kekayaan budaya yang dimilikinya. Tanah Batak juga kaya akan simpanan cerita dan filosofi tersendiri yang menarik untuk diselami. Seperti ulos, yang lekat dengan budaya Batak karena menjadi warisan yang terus dijaga, dan dilestarikan.
Ulos kini bukan hanya menjadi harta masyarakat Batak, melainkan telah mendunia dan menjadi kebanggaan Indonesia, salah satunya lewat Dame Ulos dan Kampung Ulos Hutaraja.
Berbekal kegigihan dan ingatan dari tradisi turun temurun, Pendiri Dame Ulos, Renny Katrina Manurung, berhasil membangkitkan motif-motif lama dan warna alam yang seolah telah terlupakan. Bersama dengan 200 penenun, Dame Ulos mengembalikan kejayaan motif lama dan teknik menenun warisan nenek moyang.
Bisnis tak menjadi satu-satunya tujuan Renny. Dame Ulos juga memberdayakan perempuan, mengajarkan tradisi menenun, hingga pewarnaan alam pada generasi muda. Harapannya, menenun bukan lagi sebagai profesi yang dipandang sebelah mata, melainkan peran pentingnya dalam melestarikan ulos.
"Dame Ulos memiliki satu hal yang tidak dimiliki oleh yang lain, kami memiliki konsep pemberdayaan perempuan dan revitalisasi motif-motif lama. Memang Dame Ulos ini ingin menghadirkan motif yang sudah punah atau awalnya tidak dilirik, karena dianggap barang kuno atau mungkin sesuatu yang sudah usang," ujar Renny saat ditemui di galerinya.
"Dari sini ada kesadaran, inilah real ulos, yang punya filosofi dan warna basic-nya orang Batak yang banyak orang tidak tahu lagi," sambungnya.
Hasil tenunan tangan ini semakin spesial dengan benang-benang yang berasal dari pewarna alam. Bersama para pegawainya yang berasal dari desa yang sama, Renny mengembangkan warna-warna yang berasal dari alam untuk menghasilkan tenunan yang sarat keberlanjutan.
Kuning kunyit, daun strobilanthes untuk warna biru, merah dari kulit kayu secang, hingga lumpur warna hitam dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna-warna cantik yang kemudian ditenun menjadi ulos.
Tidak berhenti pada pelestarian pengetahuan leluhur, Dame Ulos juga memperkenalkan ulos kepada masyarakat di luar tanah Batak. Renny memanfaatkan digitalisasi mulai dari sosial media hingga marketplace. Dengan pendampingan dari Bank Indonesia, Dame Ulos semakin unggul dalam memasarkan produknya, menjaga kualitas produknya, dan berhasil melakukan regenerasi penenun pada anak-anak muda. Bank Indonesia juga mendukung Dame Ulos melalui fasilitas gedung yang menjadi Galeri tempat bernaung Dame Ulos.
"Sejak ada galeri, kenyamanan konsumen bisa banyak disini. Kami bisa live (sosial media) lebih banyak di sini, kemudian saya bisa hire banyak orang dan menjadi tempat wisata," kata Renny.
Segala upaya yang dirintisnya ini pun tidak sia-sia, kini Dame Ulos telah dikenal di panggung dunia. Bersama dengan Bank Indonesia, Dame Ulos memperluas pasar dan memperkenalkan ulos lewat Karya Kreatif Indonesia (KKI) dan berbagai pameran internasional. Hal ini membuktikan pelestarian budaya dapat memberikan manfaat positif pada perekonomian hingga pemberdayaan perempuan.
"Semula penenun dipandang sebelah mata, apalagi kalau sudah sarjana, tidak boleh lagi tinggal di kampung. Tapi ketika saya betah di kampung, yang lain ikut stay di kampung. Penenun yang sudah punya anak pun tidak malu untuk menenun kembali," kata dia bercerita.
"Sekarang regenerasi cukup banyak, anak-anak muda saya ajak. Ada yang menenun sambil kuliah sebagai pengetahuan, karena jadi orang Batak itu harus tahu tentang membuat ulos."
Kecintaan Renny pada ulos pun tidak berhenti hanya pada mengembalikan warisan leluhur dan regenerasi, melainkan juga meningkatkan eksistensi ulos di tengah masyarakat. Dalam 2-3 tahun ke depan dia mengharapkan ulos bisa tampil di Indonesia Fashion Week, ataupun ajang fesyen global lainnya.
"Kami ingin ulos bisa lenggak lenggok di Indonesia Fashion Week. Mimpi 2-3 tahun ke depan adalah bisa mendunia," pungkasnya.
Selain Dame Ulos, Tanah Toba juga memiliki potensi ulos yang luar biasa yang terletak di Pulau Samosir, yakni Kampung Ulos Hutaraja. Di sini, masyarakat bisa menyaksikan langsung proses pembuatan kain ulos yang menjadi tumpuan harapan dan keseharian para perempuan di kampung tersebut.
Setelah revitalisasi dilakukan pada 2019-2022 silam, tenunan dari Kampung Ulos Hutaraja pun semakin dipandang, sehingga membawa semangat bagi para penenun. Kehadiran Galeri Ulos di kawasan ini memberikan kesempatan agar karya-karya tersebut bisa memiliki daya jangkau yang semakin luas.
Mak Uli adalah salah satu penenun di Kampung Ulos Hutaraja yang semakin bersemangat berkarya. Kini dia tidak harus berjuang sendirian dalam memasarkan kain yang dibuatnya. Sebelumnya, dia harus memajang kain ulos buatannya di depan rumahnya, dekat dengan tempatnya menenun setiap harinya. Setiap hari dia menenun kain dengan motif yang lekat dengan ingatannya, sehingga menjadi keunikan tersendiri.
"Setiap orang motifnya berbeda, karena masing-masing punya motifnya sendiri," ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPC APDESI Kabupaten Samosir Raja Sondang Simarmata mengatakan sejak dulu kampung Hutaraja dikenal sebagai daerah penenun, karena para perempuan di sini bekerja sebagai penenun untuk mata pencariannya, dan kini ada sekitar 50 penenun. Keunikan ini pun menarik wisatawan, baik lokal maupun asing yang ingin melihat lebih jauh hasil tenunan di kampung ini.
Di Kampung Ulos yang menjadi ciri khasnya adalah para menenun dilakukan turun temurun dari generasi ke generasi, di sini juga dilakukan pewarnaan alam dengan sumber-sumber di sekitar kampung.
"Mereka banyak yang studi, berwisata, mencari suvenir, bahkan ada yang mau belajar menenun kepada ibu-ibu penenun disini," ujarnya.
Sejak revitalisasi dilakukan, Raja Sondang mengatakan Bank Indonesia memiliki peran besar yakni mendampingi para pelaku usaha kopi yang berada di kampung Ulos dan kawasan Hutaraja, hingga pengembangan tenun serta pariwisata. Dengan begitu kawasan ini memiliki sistem untuk berkembang dan menghapus pungli, termasuk menghadirkan Galeri Ulos yang menampung karya-karya di kampung tersebut.
"Jadi Bank Indonesia dalam prosesnya juga melakukan evaluasi, sehingga masyarakat bisa memiliki wawasan dan berkembang. Dari sisi omzet pun terlihat perbedaannya, kalau sekarang lebih terukur dengan sistem," ujar Raja Sondang.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Sibolga Riza Putera mengatakan ada 16 kabupaten/kota yang menjadi cakupan binaan Bank Indonesia Sibolga, dan pengembangan UMKM ulos menjadi salah satu unggulan di wilayah ini selain kopi. Dia menegaskan Bank Indonesia hadir membantu dengan mengembangkan UMKM dan komoditas unggulan, pariwisata, hingga mendorong digitalisasi.
"Masing-masing dari 16 kabupaten/kota ini memiliki kekuatan dan kekurangan. Kami juga tidak bisa sendiri, BI harus bekerja sama mengajak pihak lain sehingga sinergi kami dengan UMKM bisa terjalin dengan baik," ujar Riza saat ditemui.
Salah satu pendampingan yang diberikan kepada UMKM dan sukses berkembang adalah Galeri Dame Ulos, sehingga ada tempat bernaung untuk peningkatan kualitas produk dan melakukan regenerasi. Harapannya para UMKM ini bisa bersaing secara kualitas hingga ke level internasional.
"Kami juga membantu pemasaran dengan diikutkan ke pameran. Kami juga membantu pewarnaan teknik tenun yang baru, mudah-mudahan dengan UMKM yang berhasil ini bisa mengajak UMKM kecil-kecil lainnya untuk menularkan kemampuannya, dan menggaet mereka agar bersinergi. Jadi yang besar menggaet yang kecil, yang kecil kualitasnya meningkat. Ini yang kita lakukan dengan Dame Ulos," cerita Riza.
Bank Indonesia juga melakukan pelatihan pemasaran secara digital, sehingga mereka bisa menawarkan produknya di platform sosial media, hingga marketplace. Pembayaran digital pun telah dilakukan, sehingga para UMKM bisa menggunakan QRIS dalam transaksinya.
Riza mengatakan ada peningkatan hingga 150% dari sisi jumlah UMKM yang go digital dan jumlah transaksi. "Jadi dilatih orangnya, bagaimana melakukan pemasaran secara digital. Sehingga nantinya secara independen masuk platform digital," kata dia.
Untuk menjadi UMKM binaan BI, Riza mengatakan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dari sisi struktur kelembagaan, bagaimana kelompok tersebut dijalankan, hingga kegiatan usaha yang bisa dipertanggungjawabkan. Menurutnya UMKM yang memiliki potensi besar di wilayah kerja Sibolga adalah mereka yang berakar kuat di sini, sehingga mereka pun bisa mengembangkan ciri khas daerahnya secara berkelanjutan.
(rah/rah)