Update Baru Gencatan Senjata Gaza, Mantu Trump & Netanyahu "4 Mata"
Jakarta, CNBC Indonesia - Mediator Amerika Serikat (AS), Jared Kushner, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan pembicaraan pada hari Senin, mengenai fase kedua dari gencatan senjata Gaza. Pertemuan ini dilakukan di tengah upaya Washington yang semakin intensif untuk memastikan gencatan senjata yang rapuh ini dapat terus berlanjut.
Mengutip AFP Selasa (11/11/2025) Juru Bicara Pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, menyampaikan kepada wartawan bahwa kedua pihak membahas aspek paling sensitif dari fase dua. Fase kedua juga mencakup pembentukan pasukan stabilisasi internasional, yang rinciannya sedang didiskusikan.
"Bersama-sama, keduanya membahas fase satu yang masih kami jalani saat ini, untuk memulangkan sandera yang tersisa, dan masa depan fase dua dari rencana ini, yang meliputi pelucutan senjata Hamas, demiliterisasi Gaza, dan memastikan Hamas tidak akan pernah lagi memiliki peran di masa depan Gaza," kata Bedrosian.
Mengenai pembentukan pasukan stabilisasi internasional, Bedrosian mengatakan Mesir, Qatar, dan Turki termasuk di antara calon peserta potensial. Namun khusus Ankara masih mentok dengan penolakan Netanyahu.
"Perdana menteri berkata... tidak akan ada tentara Turki di lapangan," kata Bedrosian.
Sementara itu, di tengah negosiasi, Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan menegakkan gencatan senjata di Gaza serta Lebanon dengan "tangan besi". Ini merujuk penggunaan militer sebagai fokus utama.
"Siapa pun yang berusaha menyakiti kami, kami akan menyakiti mereka," kata Netanyahu di parlemen.
"Kami bertekad untuk menegakkan perjanjian gencatan senjata dengan tangan besi di tempat-tempat yang ada terhadap mereka yang ingin menghancurkan kami, dan Anda dapat melihat apa yang terjadi setiap hari di Lebanon."
Israel dan Hamas terus saling menuduh melanggar gencatan senjata di Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa pasukan Israel telah menewaskan setidaknya 242 warga Palestina di wilayah tersebut sejak gencatan senjata dimulai pada 10 Oktober. Militer Israel mengatakan pada hari Senin mereka menembak mati dua militan yang mendekati "Garis Kuning", yaitu batas di luar posisi pasukan Israel di Gaza.
Israel juga terus melancarkan serangan di Lebanon, dengan dalih menargetkan militan Hizbullah. Israel mengatakan pada hari Senin telah menewaskan 15 anggota Hizbullah bulan ini.
Dengan situasi ini, Michael Milshtein, yang memimpin program studi Palestina di Tel Aviv University, mengatakan keputusan mengenai pasukan stabilisasi pada akhirnya akan berada di tangan Donald Trump, yang saat ini menjadi Presiden AS.
"Ada kesenjangan antara opini Israel dan opini Amerika, tetapi pada akhirnya, satu-satunya yang penting adalah apa yang dipikirkan Trump, bukan apa yang dipikirkan Netanyahu," kata Milshtein.
Meskipun ada kemajuan dalam pertukaran sandera, warga Gaza tetap cemas. Mereka takut gencatan senjata kali ini rapuh dan dapat memicu perang baru.
"Kami masih belum merasa aman. Penembakan terus berlanjut... Kami mencoba melindungi anak-anak kami dari trauma psikologis dan membantu mereka melupakan perang," kata Salma Abu Shawish, seorang penduduk kamp pengungsi Al-Bureij, Gaza tengah.
(sef/sef)