Internasional

Ura! Rusia Kuasai 3 Desa Ukraina, Minta Zelensky Jangan 'Halu' Menang

Tommy Patrio Sorongan,  CNBC Indonesia
11 November 2025 07:10
Seorang tentara Rusia berpatroli terhadap konvoi militer di pinggir jalan karena kerusakan mesin di salah satu kendaraan saat mereka melakukan perjalanan melalui pangkalan udara Hmeimim di wilayah pesisir Latakia, Suriah, 14 Desember 2024. (REUTERS/Umit Bektas)
Foto: Seorang tentara Rusia berpatroli terhadap konvoi militer di pinggir jalan karena kerusakan mesin di salah satu kendaraan saat mereka melakukan perjalanan melalui pangkalan udara Hmeimim di wilayah pesisir Latakia, Suriah, 14 Desember 2024. (REUTERS/Umit Bektas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia mengklaim telah merebut tiga desa lagi di sepanjang garis depan. Hal ini terjadi Kremlin melontarkan pernyataan keras yang menyebut keyakinan Eropa bahwa Ukraina dapat memenangkan perang sebagai "delusi yang paling dalam."

Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah merebut desa Slodkie dan Nove di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, serta Gnativka di wilayah Donetsk, Senin. Dengan adanya kemenangan ini, Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa pandangan negara-negara Barat dan Kyiv mengenai kemenangan Ukraina adalah khayalan belaka.


"Orang-orang Eropa percaya bahwa Ukraina dapat memenangkan perang dan mengamankan kepentingannya melalui cara militer," kata Peskov dikutip AFP, Selasa (11/11/2025).

"Ini adalah delusi yang paling dalam yang disalurkan oleh rezim Kyiv. Situasi di garis depan menunjukkan yang sebaliknya," tambahnya.

Peskov menegaskan bahwa perang baru akan berakhir ketika Rusia mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada awalnya." Tujuan-tujuan tersebut meliputi melindungi penutur bahasa Rusia di timur Ukraina, mencegah blok militer NATO bergerak ke timur, dan "menyingkirkan Neo-Nazi" dari kekuasaan di Ukraina.

Sementara Moskow menyatakan memiliki inisiatif di garis depan dan tidak akan berhenti, Ukraina dan mitra Baratnya menyebut konflik tersebut tidak lebih dari "perebutan wilayah bergaya imperial" terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Di sisi lain, upaya Presiden AS Donald Trump untuk memaksakan kesepakatan damai antara Ukraina dan Rusia telah terhenti. Moskow secara tegas menolak seruan untuk menyepakati gencatan senjata dan menghentikan tuntutan mereka.

Pejabat Rusia mengatakan mereka hanya akan membahas penghentian serangan jika Ukraina sepenuhnya menarik diri dari wilayah Donbas timur dan mengakhiri dukungan militer dari Barat.

Sementara itu, Kyiv dengan tegas menolak tuntutan tersebut. Mereka mengatakan bahwa permintaan itu sama saja dengan kapitulasi dan akan membuat Ukraina rentan terhadap serangan Rusia lebih lanjut di masa depan.


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Zelensky Menggila, Jenderal Putin Tewas di Perang Rusia-Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular