Bos Buruh Sewa Gedung JCC 3 Jam Nyaris Rp 100 Juta, Uangnya dari Mana?
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sekaligus Presiden Partai Buruh, Said Iqbal mengungkapkan, pihaknya harus menyewa Gedung Jakarta Convention Center (JCC) Senayan hampir Rp100 juta untuk menggelar konsolidasi aksi buruh pada hari ini, Kamis (30/10/2025).
Biaya tersebut, kata dia, sepenuhnya ditanggung dari iuran anggota tanpa bantuan pihak manapun.
"Sebenarnya pilihan kami bukan JCC, ini mahal bener. Iya betul mahal, bagi kita juga mahal banget. Ini memang kita bayar sendiri ya. Tapi akhirnya kami minta, ada diskon-diskon kepada pengelola. Kalau enggak ya udah, kami mau ke DPR aja," ujar Said Iqbal dalam konferensi pers di lokasi.
Aksi yang berlangsung dari pukul 10.30 hingga 13.30 WIB itu digelar di dalam aula JCC Senayan dengan suasana penuh sukacita, berbeda dari aksi buruh biasanya yang kerap memenuhi jalan depan Gedung DPR RI. Said menjelaskan, keputusan memindahkan lokasi aksi diambil setelah mempertimbangkan situasi politik dan keamanan yang dinilai masih belum kondusif.
"Kami memetakan beberapa informasi yang kami dapat, bahwa situasi politik pasca kejadian 28-30 Agustus yang lalu belum kondusif. Jadi kami berkesimpulan, untuk saat ini lebih baik di dalam ruangan," jelasnya.
Meski begitu, biaya sewa JCC tetap menjadi tantangan tersendiri. Said mengakui sempat meminta keringanan kepada pengelola gedung agar biaya tidak terlalu membebani para buruh.
"Akhirnya mungkin, mungkin ya pengelola JCC berkomunikasi dengan Sekretariat Negara ya. Ini mungkin ya... Mungkin terjadi diskusi, kami minta diskon total. Biaya diskon total," ujarnya.
Said menyebut, setelah mendapat potongan harga, total biaya yang dibayar Serikat Buruh berada di bawah Rp100 juta.
"Nggak tahu deh (diskonnya berapa), yang penting kita bayarnya murah, nggak sampai Rp100 juta. Kalau nggak salah, kita bayar di bawah Rp100 juta saja," ungkap dia.
Ia menegaskan, tidak ada dana sponsor atau bantuan pemerintah dalam penyelenggaraan acara tersebut. Semua biaya, termasuk transportasi peserta, berasal dari iuran anggota dan swadaya buruh.
"KSPI dan Partai Buruh independen. Kami nggak dapat tekanan atau tendensi apapun untuk melakukan aksi atau tidak melakukan aksi," tegasnya.
"Boleh ditanya, mereka bayar sendiri, bayar bus-nya, bayar makanannya. Kalau nggak, ada organisasi hanya ngasih cuma air mineral doang sama roti satu. Itu kemampuan kami. Membayar ke anggota cuma itu, dari iuran mereka itu juga," tambahnya.
Said menjelaskan, gedung JCC bukan pilihan utama karena lokasi lain seperti Tennis Indoor dan Basket Hall Senayan sudah terpakai.
"Kami ingin Tenis Indoor, karena yang paling agak murah terjangkau oleh buruh. Tapi ternyata dipakai. Terus kita ambil yang lebih kecil, di Basket Hall juga dipakai," katanya.
Meski berlangsung di dalam ruangan, Said menegaskan kegiatan tersebut tetap merupakan bentuk aksi buruh, bukan sekadar pertemuan internal.
"Sekali lagi, ini bukan yang pertama kali dilakukan oleh KSPI. Kami biasa aksi di dalam ruangan. Sudah sering. Fiesta-fiesta itu, Mayday Fiesta. Yang paling penting, kita menunjukkan bahwa suara buruh tetap ada," ucapnya.
Menurut Said, aksi seperti ini juga menjadi strategi agar suara buruh tetap terdengar di tingkat nasional.
"Kalau di daerah nggak kelihatan, maka harus ditarik ke pusat. Karena harus didengar suaranya. Kalau di pusat, dengan bantuan kawan-kawan media, kan kedengeran. Walaupun kami anggota harus keluarin biaya," ujarnya.
Ia memastikan, gerakan buruh akan terus berlanjut di berbagai daerah hingga akhir tahun.
"Kalau demo daerah berlangsung terus sampai 30 Desember 2025. Kalau di pusat ini nggak didengar, terus melobi Mensesneg dan Wakil Ketua DPR nggak didengar, ya mogok nasional. Tapi itu nanti kita putuskan rapat dulu," pungkasnya.
(wur)