Soal BBM, Bahlil Minta SPBU Swasta Jangan Paksakan Kehendak
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia secara tegas menyampaikan, bahwa pihak swasta dalam hal ini SPBU Swasta untuk tidak memaksakan kehendak. Khususnya terkait dengan campuran etanol di dalam Bahan Bakar Minyak (BBM).
Awalnya, Bahlil menerangkan bahwa sudah ada beberapa negara yang mencampurkan BBM-nya dengan etanol. Ambil contoh Amerika Serikat (AS) yang produk BBM-nya dicampur etanol 20% atau E20 dan dibeberapa wilayah AS lainnya sudah ada yang E85.
Selain itu bahkan, di India juga sudah memakai BBM etanol 30% atau E30 dan Thailand E20.
"Jadi kita itu jangan apa ya? Selalu berpikir sesuatu yang seolah-olah ada sesuatu-sesuatu gitu. Dan yang kedua jangan swasta memaksakan kehendak gitu loh. Apalagi SPBU-SPBU ini kan gitu, jangan dikira kita nggak paham. Seperti orang Papua bilang, adek kau baru menulis, kakak sudah baca," tegas Bahlil dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Sebagaimana diketahui, pemerintah memang sedang meramu untuk bisa meluncurkan BBM dengan campuran etanol 10% atau E10. Ditargetkan, E10 ini bisa berjalan pada tahun 2027.
Tujuan peluncuran E10 sebagai upaya pemerintah menekan impor BBM yang saat ini masih terlalu tinggi.
Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2024 yang dirilis Kementerian ESDM pada 2025 ini, impor BBM khususnya jenis bensin pada 2024 tercatat mencapai 21,83 juta kilo liter (kl). Impor bensin tersebut terdiri dari impor bensin RON 88 dan 90 mencapai 16,44 juta kl, bensin RON 95 mencapai 243 ribu kl, dan RON 92 mencapai 5,14 juta kl.
Jumlah impor BBM bensin pada 2024 itu naik dibandingkan impor pada 2023 yang tercatat sebesar 21,05 juta kl.
"Bensin itu kita sekarang 42 juta per tahun (konsumsi). Impor kurang lebih sekitar 22-23 juta. Caranya bagaimana agar kita tidak terlalu banyak impor? Kita harus mendorong ke E10-E20. Ethanol. Ethanol ini adalah bahan bakunya dari jagung, tebu, kemudian singkong,"
"Dan ini tidak hanya sekedar untuk mempertahankan energi kita, tapi juga menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah. Jadi ada instrumen pertumbuhan yang bisa kita lakukan," tegas Bahlil.
(pgr/pgr)