Tak Terduga! Putin Mau Bangun Nuklir di Sini, Bisa Jadi Negara Raksasa
Jakarta, CNBC Indonesia - Ethiopia dan Rusia menekan kesepakatan perjanjian pembuatan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Menteri Luar Negeri Ethiopia Gedion Timotheos pada hari Selasa (21/10/2025) menyatakan bahwa kesepakatan itu merupakan "langkah besar" bagi kedua negara dan seluruh Afrika sub-Sahara.
Berbicara setelah pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Moskow, Timotheos menekankan bahwa perjanjian yang ditandatangani dengan raksasa nuklir Rusia, Rosatom, akan menjadi PLTN pertama Ethiopia. Penandatanganan perjanjian nuklir sebelumnya pada September adalah bagian dari pembicaraan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed di Kremlin.
"Kami berharap dapat memperkuat peran utama Ethiopia dalam energi di kawasan kami," kata Timotheos.
Ia menambahkan bahwa Addis Ababa telah mengekspor listrik ke Kenya, Djibouti, dan Sudan, dan berencana memperluas kerja sama ekspor dengan kapasitas nuklir yang baru.
Di sisi lain, Menteri Lavrov menyatakan bahwa penandatanganan perjanjian pembangunan PLTN pertama di Ethiopia adalah "tonggak sejarah utama dalam hubungan negara-negara, serta langkah penting menuju implementasi teknologi serupa di sub-Sahara Afrika."
"Energi yang diterima melalui PLTN ini akan berkontribusi pada modernisasi Ethiopia, termasuk ambisi mereka untuk memimpin dalam kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan teknologi canggih," tuturnya
Duta Besar Rusia untuk Ethiopia, Evgeny Terekhin, mengonfirmasi kepada kantor berita TASS bahwa Rosatom akan membangun PLTN di negara Afrika tersebut menggunakan reaktor VVER-1200.
"Ini merupakan desain reaktor air bertekanan modern berkapasitas 1.200 MW yang dikenal dengan efisiensi tinggi dan sistem keselamatan canggih," timpalnya.
Sementara itu, hubungan perdagangan antara kedua negara menunjukkan pertumbuhan signifikan. Terekhin mengatakan kepada TASS bahwa nilai perdagangan kedua negara lebih dari dua kali lipat pada paruh pertama tahun 2025, mencapai US$ 191,2 juta (sekitar Rp3,15 triliun). Terekhin menyoroti potensi ekspor kuat Ethiopia di bidang kopi, bunga, minyak biji-bijian, dan kacang-kacangan.
(tps/luc)