Kredibilitas Halal Indonesia Jadi Modal Utama Tembus Pasar OKI

Jakarta, CNBC Indonesia - Kredibilitas Indonesia di sektor halal global menjadi modal utama untuk menggenjot ekspor, khususnya ke pasar Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang berukuran besar. Strategi ini didasarkan pada kesamaan nilai dan cara konsumsi antarsesama negara muslim yang menawarkan peluang perdagangan yang masif.
Eksportir Indonesia dapat memanfaatkan keunggulan ini untuk masuk ke pasar OKI. Hal tersebut menjadi sorotan dalam seminar bertajuk "Potensi Bisnis Indonesia di Negara-Negara Anggota OKI" yang diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten. Seminar tersebut menjadi bagian dari rangkaian pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 di lokasi yang sama pada 15-19 Oktober 2025.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono menyampaikan tentang upaya penguatan kerja sama ekonomi dalam forum OKI.
"Indonesia berkomitmen untuk menyelesaikan proses ratifikasi Trade Preferential System among the OIC Member States (TPS-OIC), sebagaimana disampaikan dalam pertemuan Trade Negotiating Committee (TNC) pada 11 Juni 2024 lalu di Istanbul, Turki. Untuk itu, Kemendag terus berkoordinasi intensif dengan kementerian dan lembaga terkait dalam menyusun daftar komitmen sebagai bagian dari proses menuju keanggotaan penuh TPS-OIC," kata Djatmiko dikutip Minggu (19/10/2025).
TPS-OIC merupakan skema kerja sama perdagangan yang memberikan penurunan tarif untuk mendorong peningkatan arus perdagangan antara negara-negara anggota OKI. Sejak diimplementasikan pada 1 Juli 2022, sebanyak 13 negara anggota OKI telah mengimplementasikan TPS-OIC, yaitu Uni Emirat Arab, Bahrain, Bangladesh, Maroko, Iran, Qatar, Kuwait, Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, Turki, Oman, dan Yordania.
Direktur Perundingan Antar Kawasan dan Organisasi Internasional Kemendag Natan Kambuno mengatakan lebih dari 80% produk halal di pasar global justru dipasok oleh negara-negara non-OKI, sementara perdagangan intra-OKI hanya berkontribusi sekitar 19% dari total perdagangan OKI dengan dunia.
"Di sinilah pentingnya peran Indonesia sebagai produsen dan eksportir unggulan di pasar OKI. Seminar ini juga diharapkan dapat menjembatani kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha dalam mempersiapkan aksesi Indonesia keTPS-OIC," ujar dia.
Atase Perdagangan (Atdag) RI Ankara Banny R. Ramadhani mengatakan, salah satu anggota OKI adalah Turki yang terletak di persimpangan Eropa dan Asia. Keunikan geografis ini menawarkan potensi menarik untuk dijajaki sebagai hub dua benua.
Jika Indonesia dapat menikmati tarif preferensi khusus TPS-OIC, Indonesia akan memiliki keunggulan bersaing dari segi harga. Hal ini menjadi penting karena saat ini Turki menerapkan tarif berlapis. Tarif TPS-OIC yang lebih rendah dari most favoured nation (MFN) akan menjadikan produk Indonesia di Turki makin kompetitif.
"Selain itu, Indonesia dan Turki juga sedang mengupayakan kerja sama ekonomi melalui Indonesia-Türkiye Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Kita coba dorong agar memiliki preferensi tarif secara bilateral. Kami harap bisa segera selesai dan dimanfaatkan," kata Banny.
Sementara itu, Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah, Bagas Haryotejo, mengatakan, Arab Saudi memiliki pertumbuhan ekonomi paling tinggi dibanding negara teluk lainnya, yaitu dari 1,5% pada 2024 yang diproyeksikan menjadi 4,6% pada 2025.
Keberadaan masyarakat Indonesia di Arab Saudi juga berpotensi menjadi captive market produk-produk Indonesia. Kerja sama Kemendag dengan Badan Pengelola Keuangan Haji pada Kamis, (15/10) menunjukkan potensi ekspor produk makanan, minuman, dan logistik haji Indonesia terus didorong dan diperkuat.
Selain produk makanan dan yang berkaitan dengan kebutuhan haji, target pembangunan kota-kota baru melalui Saudi Vision 2030 juga membuka berbagai peluang ekspor.
"Pemerintah Arab Saudi yang sedang membangun kota-kota baru telah membuka banyak sekali peluang ekspor Indonesia. Banyak sekali produk Indonesia yang terserap untuk mendukung proyek-proyek pembangunan baru ini, misalnya saja furnitur dan kayu lapis (plywood)," kata Bagas.
Kemudian, Direktur Eksekutif Kadin Indonesia Institute, Mulya Amri, mengatakan, Indonesia sebagai negara mayoritas muslim menjadi sentimen positif di antara negara-negara OKI. Potensi halal Indonesia bisa lebih dimanfaatkan lagi di pasar negara-negara OKI.
Hal ini mempertimbangkan besarnya populasi OKI dengan 2,1 miliar jiwa atau seperempat populasi dunia. Pasar halal bukan ceruk kecil, bahkan terus tumbuh di Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan.
"Indonesia ada di posisi yang sangat diuntungkan di kalangan negara-negara OKI dalam kaitannya dengan pasar halal. Indonesia punya reputasi kuat sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dan kita berada di peringkat ke-3 pada Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 2024/2025. Artinya, Indonesia sudah punya penjenamaan (branding) halal unik kita sendiri di mata dunia," kata Amri.
Managing Director PT Imago Randau Harmoni, Henry Bin Uyu Hidayat, membagikan berbagi upaya mengekspor madu artisan ke sejumlah negara, termasuk negara OKI seperti Uni Emirat Arab dan Qatar. Madu produksinya dipasarkan untuk konsumen menengah ke atas karena persaingan di segmen ini lebih longgar dan konsumennya tidak mempermasalahkan harga. Ia mendapati gaya hidup halal telah meluas bahkan hingga negara-negara non-OKI. Keuntungan dari Indonesia yang sudah dikenal dengan produk-produk halalnya adalah kemudahan untuk menembus pasar pariwisata halal global.
Hal ini Henry buktikan sendiri karena madu artisannya telah masuk ke sebuah jaringan hotel besar di Bangkok, Thailand untuk mendukung kampanye pariwisata halal.
"Salah satu kelebihan dari Indonesia adalah terkenal dengan halal dan masyarakat muslimnya. Salah satu jaringan hotel di Bangkok melihat produk kami, dan sekarang madu kami bisa ditemui di sana," kata Henry.
OKI merupakan organisasi kerja sama internasional terbesar kedua di dunia, setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan 57 negara anggota. Besarnya pasar OKI mencerminkan potensi ekonomi dan perdagangan yang luar biasa, terutama di sektor produk halal, modest fashion, farmasi, dan kosmetik yang merupakan keunggulan Indonesia di pasar global.
Salah satu peserta seminar adalah Direktur Marmara Indonesia, Alkiko Yukimasari. Di Timur Tengah, ia fokus ke pasar Turki karena negara tersebut menjembatani Benua Asia dan Eropa. Ia Ikut serta dalam kegiatan ini karena tertarik mendapatkan informasi lebih banyak terkait pasar di negara OKI.
"Kami sangat berharap kerja sama antarpemerintah dapat semakin mendukung posisi Indonesia untuk semakin bersaing di pasar OKI," ungkap Alkiko.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Live Now! Mendag Buka-Bukaan Peluang Ekspor Indonesia di Kancah Global
