Kemendag Cari Peluang Tantangan Hambatan Perdagangan Internasional

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
19 October 2025 16:15
Pameran dagang internasional Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 terus mencetak kinerja positif.
Foto: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perdagangan menggelar seminar bertema "Turning Trade Challenges into Opportunities: Indonesia's Response to Anti-Circumvention and Cross-Border Subsidies Allegation in the World of Global Value Chains". Seminar dalam rangkaian Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 ini mengajak melihat sisi positif dari hambatan perdagangan internasional sebagai upaya memperkuat struktur industri domestik.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Abu Amar mewakili Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri menegaskan pentingnya kolaborasi semua pemangku kepentingan dalam menghadapi tuduhan perdagangan internasional seperti anti-circumvention dan cross-border subsidies.

"Tuduhan trade remedies bukan semata ancaman, tetapi bisa menjadi momentum untuk memperkuat struktur industri nasional, meningkatkan efisiensi, dan memperbaiki kualitas produk ekspor kita," ujar Abu dikutip Minggu (19/10/2025).

Narasumber seminar ini merupakan analis perdagangan Kemendag dan para perwakilan perdagangan RI di luar negeri. Seminar dimoderatori Analis Perdagangan Ahli Madya Kemendag Freddy Josep Pelawi. Seminar diawali dengan penyampaian mengenai "Tuduhan Bukan Ancaman: Strategi Pintar Indonesia di Perdagangan Global" oleh Analis Perdagangan Ahli Utama Kemendag Pradnyawati.

Data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menunjukkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling sering menghadapi tuduhan perdagangan tidak adil (unfair trade) dengan total 256 kasus dumping dan 36 kasus subsidi pada 1995-2024. Indonesia disebut telah menunjukkan kemampuan untuk menghadapi tuduhan tersebut secara profesional. Salah satu contohnya adalah kemenangan Indonesia dalam gugatan terhadap Uni Eropa di WTO terkait kasus subsidi baja nirkarat.

"Di masa depan, pemerintah berkomitmen memperkuat dasar hukum perdagangan nasional, meningkatkan kapasitas para ahli hukum perdagangan internasional, serta mendorong kebijakan industri yang selaras dengan aturan WTO," tambah Pradnyawati.

Sementara itu, Analis Perdagangan Ahli Madya Kemendag Damar Wijayanto menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia menunjukkan tren positif dengan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2024 dibanding tahun sebelumnya. Neraca perdagangan nasional juga mencatatkan surplus selama 64 bulan berturut-turut.

Dia pun menyoroti sejumlah tantangan global seperti proteksi perdagangan antarnegara, ketidakpastian geopolitik, serta isu logistik dan lingkungan.

"Pemerintah melihat peluang besar melalui pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas (FTA) dan penguatan kerja sama internasional. Untuk mendukung hal tersebut, Kemendag telah mengembangkan sistem digital perdagangan Inatrade serta integrasi data pertambangan melalui Simbara. Pemerintah berkomitmen meningkatkan ekspor, memperluas pasar global, serta mendorong hilirisasi agar industri nasional semakin berdaya saing dan berkontribusi terhadap devisa negara," terang Damar.

Selanjutnya, Atase Perdagangan RI Beijing Budi Hansyah mengatakan, kemajuan Tiongkok sekaligus menghadirkan tantangan dan peluang baru. Pemerintah dan pelaku usaha nasional didorong untuk memperkuat daya saing melalui diversifikasi pasar ekspor, peningkatan kualitas produk, serta transformasi digital.

Dia pun berharap Indonesia dapat memperkuat posisi dalam rantai pasok global sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap tenaga kerja asing dari Tiongkok. Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Sao Paulo Donny Tamtama menjelaskan, Brasil memiliki potensi besar sebagai pasar tujuan ekspor dengan populasi lebih dari 200 juta jiwa dan produk domestik bruto (PDB) yang mencapai lebih dari US$ 2 triliun.

Negara ini merupakan ekonomi terbesar di kawasan Amerika Latin. Namun, jarak yang jauh antara Indonesia dan Brasil menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan hubungan perdagangan.

"Peluang ekspor ke Brasil masih sangat terbuka. Perwakilan di Brasil berkomitmen memberikan dukungan bagi pelaku usaha Indonesia melalui fasilitasi pameran, penjajakan kerja sama bisnis (business matching), serta promosi produk di berbagai kota di Brasil. Untuk itu, eksportir Indonesia diharapkan tidak ragu memanfaatkan peluang besar ini, dengan strategi yang adaptif terhadap karakter pasar Brasil dan kesiapan menghadapi tantangan regulasi serta logistik," jelas Donny.

Salah satu peserta seminar, Eska Dwipayana, pengajar di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, menyampaikan kesan positif terhadap pelaksanaan seminar.

Menurutnya, kegiatan ini memberikan banyak wawasan baru mengenai tantangan perdagangan global yang dihadapi Indonesia, terutama terkait hambatan-hambatan nontarif serta pentingnya diplomasi ekonomi untuk melindungi kepentingan nasional di tengah tekanan negara-negara besar seperti Uni Eropa.

Eska berharap Kemendag terus memperkuat langkah dan strategi ekspor agar produk-produk unggulan dalam negeri dapat menjangkau pasar global yang lebih luas. Dia menilai, dengan pergerakan yang masif dan dukungan pemerintah pusat, Indonesia berpotensi menjadi kekuatan ekonomi yang memiliki posisi tawar tinggi, meniru pola keberhasilan negara seperti Tiongkok yang mampu menjadikan surplus produksinya sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meningkat 8,03%, Ekspor RI Sentuh US$ 160 M hingga Juli 2025

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular