Danantara Ungkap Arah Investasi RI, Berawal dari SBN-Sektor Prioritas
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) menyuntikkan dana ke pasar modal sebagai strategi memperkuat stabilitas pasar modal. Dana dialokasikan ke instrumen-instrumen pasar keuangan, salah satunya Surat Berharga Negara (SBN).
Managing Director Treasury Danantara Indonesia Ali Setiawan menjelaskan investasi Danantara di SBN dilakukan sebagai diversifikasi, sehingga dana yang dimiliki tidak hanya disalurkan kepada satu proyek. Dia menganalogikan ketika ingin membangun rumah, tentu tidak semua dana akan ditempatkan untuk memenuhi pembangunan tersebut.
"Misalnya kalau kita mendapat atau diberikan dana sebesar 100, dan kita memang tujuannya untuk membangun sesuatu mau itu rumah, mau itu apapun yang di mana ada risiko. Otomatis kalau saya bertanya, kalau diberikan uang 100, apakah 100 yang akan dicemplungkan semua untuk pengambilan risiko tersebut? Saya yakin jawabannya sudah pasti tidak," jelas dia dalam Squawk Box CNBC Indonesia, Sabtu (18/10/2025).
Dia menambahkan porsi cadangan tersebut akan disimpan ke dalam aset yang likuid dan dapat digunakan sebagai ketika diperlukan sewaktu-waktu. Hal ini, menurut Ali, merupakan rencana Danantara ke depan yakni menempatkan dana di private investment dan public investment.
"Itu yang mungkin bagi saya gampangnya kalau misalnya kita sudah memutuskan oh, mungkin 60-70% untuk membangun sesuatu, yang sisanya 30-40% itu disimpan di rekening atau misalnya di investasi yang liquid supaya bisa dipakai sewaktu-waktu," ungkap Ali.
Dia mengungkapkan bahwa Danantara berbeda dengan sovereign wealth fund di negara lain karena pendanaan Danantara bersumber dari dividen BUMN, bukan dari mata uang dolar atau hasil pengolahan minyak bumi.
"Sehingga pendanaan equity capital injection itu semua dari dividen BUMN dan dalam mata uang rupiah," tambah dia.
"On top of that juga, kalau kita melihat, oh kita sudah decide 60% ini untuk investasi direct strategies. Investasi ini bersifat jangka panjang, kompleks, baru di negara ini, tidak ada presedennya," terang Ali.
Lebih lanjut, Ali memaparkan proyek-proyek yang disasar Danantara, yakni proyek dengan skala besar, baru, dan proyek yang belum memiliki benchmark. Dia mengaku telah melakukan kesepakatan dengan pemerintah daerah, kementerian, dan beberapa mitra internasional dengan inovasi teknologinya.
"Karena landscape-nya beda di sini dan di luar negeri. So they have to learn about it, dan regulasi juga beda antara di sini dan di luar negeri. Sehingga kita juga want to make sure that the best practice, the best examples can be implemented in the country, sehingga nanti waktu kita melakukan investasi ini, ini bisa untuk jangka panjang," ungkap dia.
Menurut dia, beberapa proyek berskala besar sudah menjadi prioritas Danantara dan melewati berbagai tahapan.
"Juga ada beberapa proyek yang kita akan katakan sebagai quick win pipelines, itu bekerja sama dengan beberapa swasta, karena mereka sudah melakukan due diligence-nya, bisa punya statusnya, kita bisa join juga dengan mereka, karena objective-nya juga beberapa berbeda," terang dia.
Ali juga mengungkapkan terdapat delapan sektor baik itu dari sisi hilirisasi, health care, energy, renewable energy, teknologi.
"Dan itu pipeline dari projek-projek tersebut yang sedang dimatangkan, sedang dilakukan disability studies. Dan kita juga ada beberapa yang sudah kita prioritaskan, mostly adalah hilirisasi dan juga ada proyek yang bekerja sama dengan pihak swasta," ungkap dia.
Ali menegaskan kombinasi strategi ini akan memakan waktu sedikit lebih panjang. Dia mencontohkan, dalam membangun hydropower plant memerlukan waktu 4 hingga 5 tahun.
"Jadi banyak dari proyek-proyek ini akan kelihatan, tapi akan membutuhkan waktu. Kalau dari sisi hasil, itu yang dikatakan dikombinasikan dengan investasi di pasar modal, ya, baik itu di dalam negeri atau di luar negeri," ungkap dia.
Saat ini salah satu proyek yang sudah menjadi pertimbangan adalah waste to energy. Ini karena permasalahan sampah di Indonesia sudah mencapai level kritis.
"Pada saat yang sama, kita bisa melihat bagaimana memberikan nilai tambah bagi masyarakat melalui energi," tutur Ali.
Lebih lanjut, mengenai imbal hasil, Ali mengungkapkan Danantara mengandalkan penempatan investasi dari sisi publik atau public investment. Sedangkan investasi yang dapat memberikan dampak ekonomi ke depan, Danantara mengandalkan investasi dengan pihak swasta.
"Yang di sisi ini, saya hanya manage ekspektasi, untuk melihat hasilnya pasti butuh waktu. Diharapkan waktu kita sudah memulai, bisa dilihat eventually benefit saya ini memang untuk masyarakat luas ke depannya," terang dia.
Namun dia menegaskan dampak tersebut tak dapat dilihat dalam satu atau dua tahun. Sebab ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi hal yang diperlukan negara.
"Ke depannya, kami yakin proyek ini yang akan memberikan nilai tambah yang baik, dari sisi kapital, energi, pangan dan yang lainnya," terang dia.
"Jadi yang kita pertimbangkan ini bukan hanya suatu yang hanya untuk biar kelihatan ada investasi tetapi yang sudah pasti kelihatan multiplier effect ke depan akan besar untuk negara ini," pungkas Ali.
(rah/rah)