
Eropa Kena Senjata Makan Tuan, Negara Arab Ini Beri Peringatan Keras

Jakarta, CNBC Indonesia - Qatar, salah satu eksportir gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, memperingatkan bahwa mereka mungkin akan menghentikan seluruh bisnisnya di Uni Eropa (UE), termasuk suplai LNG yang krusial untuk mengisi kekurangan energi Eropa. Hal ini disebabkan oleh aturan keberlanjutan perusahaan baru UE, yang disebut Corporate Sustainability Due Diligence Directive (CSDDD).
Menteri Energi Qatar, Saad al-Kaabi, mengatakan kepada Reuters pada Kamis (16/10/2025) bahwa, jika perubahan lebih lanjut tidak dilakukan pada aturan tersebut, QatarEnergy, perusahaan energi milik negara, tidak akan dapat beroperasi di blok tersebut.
"QatarEnergy tidak akan dapat membenarkan berbisnis di UE, baik itu dalam LNG maupun produk lainnya, karena risiko signifikan yang akan dihadapinya akibat sifat regulasi yang diusulkan terlalu menyeluruh, yang pada akhirnya akan merugikan konsumen akhir Eropa," kata Kaabi.
Aturan UE tersebut mengharuskan perusahaan besar yang beroperasi di UE untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah hak asasi manusia dan lingkungan dalam rantai pasokan mereka, atau menghadapi sanksi finansial.
Kaabi, yang juga merupakan kepala eksekutif QatarEnergy, menyatakan bahwa kekhawatiran utama Qatar terletak pada potensi denda hingga 5% dari total pendapatan global perusahaan bagi mereka yang tidak memiliki rencana transisi perubahan iklim yang selaras dengan tujuan Perjanjian Paris untuk mencegah pemanasan global melebihi 1,5 derajat Celsius.
Komite hukum Parlemen Eropa pekan ini telah mendukung rencana untuk "melunakkan" undang-undang tersebut setelah menghadapi penolakan dari perusahaan, namun Kaabi mengatakan perubahan yang ada saat ini belum mengatasi kekhawatiran utama Qatar.
Sejak serangan Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, Qatar telah menyumbang antara 12 % dan 14 % dari suplai LNG Eropa. QatarEnergy memiliki kontrak pasokan jangka panjang dengan perusahaan-perusahaan besar Eropa, termasuk Shell (Inggris), TotalEnergies (Prancis), dan ENI (Italia).
Kaabi mengatakan pihaknya telah berupaya menjalin komunikasi konstruktif dengan Komisi Eropa dan setiap Negara Anggota UE selama hampir setahun mengenai CSDDD, tetapi Komisi tidak memberikan tanggapan.
Kaabi menegaskan Eropa harus membuat keputusan terkait apakah mereka ingin terus menarik investasi ke dalam blok tersebut dengan mengubah CSDDD lebih lanjut, atau mengambil risiko merusak upaya untuk memperkuat daya saing dan mencegah kemerosotan ekonomi.
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Qatar Investasi Rp 113 T Bangun Pembangkit di Suriah
