Prabowo Diam-Diam Bikin Petani RI Tak Lagi Miskin Pakai Cara Ini

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Kamis, 16/10/2025 14:45 WIB
Foto: Presiden Prabowo Subianto berkunjung ke Desa Wanam, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan, Minggu (3/11/2024). (Dok. Setpres/Rusman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menegaskan bahwa perubahan kebijakan harga gabah telah membawa dampak besar bagi kesejahteraan petani. Jika dulu petani hidup miskin dan terpaksa bertani karena tidak ada pilihan lain, kini mereka bisa meraup keuntungan hingga Rp70 juta per hektare per tahun.

"Nah sekarang soal harga, coba kita lihat. Karena begini, ada sesuatu yang mendasari yang kita ubah. Kita diskusi ke Pak Presiden pada waktu itu mengenai harga," ujar Zulhas dalam Agri Food Summit 2025 di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta, Kamis (16/10/2025).

Zulhas pun menceritakan, pada masa awal ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan, harga gabah di tingkat petani masih terlalu rendah.


"Di dalam rumus harga itu, harga gabah itu setinggi-tingginya waktu itu belum Rp5.000 per kg, setinggi-tingginya Rp4.450 gabah, setinggi-tingginya. Udah gak mungkin petani bisa produktif, miskin iya. Yang akan terjadi, pertanian itu terpaksa, tanam padi itu terpaksa, karena gak ada pilihan," katanya.

Kondisi itu, lanjut Zulhas, membuat banyak petani kehilangan semangat, bahkan menjual lahannya karena terus merugi. "Dan lama-kelamaan kena rugi-rugi, nggak mau menyekolahkan anaknya, lahannya hilang, dijual," tutur dia.

Melihat situasi itu, Zulhas mengusulkan agar kebijakan harga gabah diubah. "Saya mengatakan, kalau setinggi-tingginya Rp4.450 (per kg), berarti kalau berlebih Bulog beli, masuk penjara. Maka waktu itu saya usulkan diubah. Buat pemerintah membeli gabah serendah-rendahnya, bukan setinggi-tingginya, serendah-rendahnya pada waktu itu Rp4.450," ujarnya.

Foto: Petani panen gabah. (Dok. Kementan)
Petani panen gabah. (Dok. Kementan)

Usulan itu kemudian direspons Presiden Prabowo Subianto dengan menaikkan harga gabah. "Tapi sekarang, inpres (Instruksi Presiden) dari presiden, harga gabah Rp6.500 per kg," terang dia.

Dengan kebijakan baru tersebut, pendapatan petani meningkat signifikan. "Jadi 1 hektare, kalau dia 2 kali panen saja, maka petani bisa menghasilkan kira-kira Rp70 juta rupiah, 1 hektare, 1 tahun. Dan begitu dia bisa menyekolahkan anaknya, dia bisa kreatif, dia bisa lebih produktif. Itulah seperti petani-petani di Thailand, petani-petani di Vietnam," kata Zulhas.

Menurutnya, peningkatan ini juga tercermin dari data nilai tukar petani (NTP) yang melonjak tajam. "Dan data menunjukkan, nilai tukar petani, khusus untuk gabah dan jagung, 2024 itu 101, artinya miskin itu. Itu gak mampu bayar uang sekolah anak itu. Tapi sekarang 2025, (NTP-nya) 124," ujarnya.

"Artinya sudah bisa ngangsur motor. Kalau orang itu punya pendapatan lebih, punya penghasilan lebih dan menguntungkan, maka mereka itu bisa merencanakan sesuatu. Memperbaiki kebunnya, memperbaiki lahannya, dan sebagainya," imbuh dia.

Lebih jauh, Zulhas menegaskan pemberdayaan petani jauh lebih penting daripada sekadar memberikan bantuan tunai atau beras.

"Nanti jadi mengharapkan bantuan beras, bantuan pangan, bantuan tunai, dan sebagainya. Itu oke, saya setuju. Tapi kan lebih bagus pemberdayaan. Lebih bagus rakyat yang berdaya, yang kreatif, sehingga mereka bisa produktif," pungkasnya.


(wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Zulhas di TEI 2025: Kebijakan Perdagangan RI Dijalan Yang Benar